A. Masyarakat Arab sebelum Kelahiran Nabi
Muhammad SAW
Kehidupan
bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad SAW lahir dikenal dengan zaman
jahiliyah. Jahiliyah berasal dari
bahasa arab, artinya bodoh. Kebodohan
yang dimaksud adalah berkaitan dengan pemahaman dan pelaksanaan agama yang
meliputi keimanan dan hukum-hukum agama. Jadi zaman jahiliyah artinya zaman kebodohan dalam agama atau masa kegelapan iman dan akhlak. Bukan
bodoh dalam segala hal karena bangsa arab ketika itu telah memiliki kemajuan
dalam banyak bidang, terutama politik, ekonomi, sosial dan sastra.
B. Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Diakala
umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan dalam hidupnya, lahirlah
kedunia dari keluarga yang sederhana di kota
Mekah. Seorang bayi yang kelak membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban
dunia. Bayi itu yatim, bapaknya bernama Abdullah
bin Abdul Muthalib bin Hasym bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari
golongan Arab bani islami, meninggal ± 7bulan
sebelum dia lahir. Kelahiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muthalib dan kemudian bayi itu
dibawanya ke kaki ka’bah. Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, tepatnya hari Senin 12 RabiulAwal tahun gajah, atau 20
April 571 M (menurut penanggalan para ahli).
Nabi
Muhammad SAW adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy yang telah
berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza’ah atas kota mekah. Ibunaya bernama Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin
Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Sudah menjadi kebiasaan orang arab kota Mekah menyusukan dan menitipkan bayi-bayi mereka
kepada wanita badiyah (dusun di padang pasir).Hal
ini bertujuan agar bayi tersebut dapat menghirup hawa yang bersih , terhindar
dari penyakit-penyakit kota
dan supaya bayi-bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan fasih.
Demikian halnya Nabi Muhammad SAW, setelah disusukan selama 3 hari oleh
Suaibah, beliau diserahkan oleh ibunya kepada Halimah Sa’diyah dari bani sa’ad kabilah hawazin. Setelah umur 2
tahun atau setelah habis masa menyusui, Halimah mengembalikan Nabi Muhammad SAW
kepada ibunya. Namun saat itu kota
mekah sedang ditimpa musibah cacar, Aminah menyuruh Halimah untuk mengasuhnya
kembali.
Kehadiran
Nabi Muhammad SAW dalam keluarga miskin itu sungguh membawa berkah, kehiudupan
Haris dan Halimah menjadi bahagia. Karena semua kambing yang mereka pelihara
menjadi gemuk dan menghasilkan banyak susu dari biasanya.
Pada usia 4
tahun, pada saat Nabi Muhammad SAW sedang mengembala kambing di belakang rumah
Halimah bersama anak Halimah, datanglah dua orang lelaki berpakaian putih (malaikat
Jibril dan Mikail) lalu membaringkan Nabi Muhammad SAW. Anak Halimah langsung
berlari mengadukannya kepada Halimah.
Ketika Halimah
bergegas menuju belakang rumahnya, ia melihat Nabi Muhammad SAW telah dalam
keadaan berdiri. Lalu Halimah berkata: “Wahai anakku, apakah yan terjadi
denganmu?”. Jawab Nabi Muhammad SAW: “Aku dibaringkan oleh dua orang berpakaian
putih, lalu mereka membedah dadaku, mengambil isi dadaku, lalu dibersihkannya,
lalu dimasukkannya kembali ke dalam dadaku”. Mendengar jawaban dari Nabi Muhammad SAW,
Halimah merasa takut. Kemudian Halimah mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada
ibunya pada usia ±4 tahun.
C. Kematian
Ibu dan Kakek
Saat
Nabi Muhammad SAW berusia ± 6 tahun,
beliau dibawa ibunya ke Madinah bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggalan ayahnya. Tujuannya adalah untuk
mengenalkan nabi dengan keluarga neneknya Bani Najjar dan menziarahi makam
ayahnya. Mereka tinggal disitu kira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ke
mekah. Dalam perjalanan pulang, tepatnya di desa Abwa’ tiba-tiba Aminah jatuh sakit kemudian meninggal dan
dimakamkan disana.
Nabi
Muhammad SAW kembali ke mekah dan tinggal bersama kakeknya Abdul Muthalib. Kakeknya
sangat menyayangi Nabi Muhammad SAW, sehingga nabi bisa melupakan kemalangan
nasibnya karena kematian ibunya. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena
2 tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal pula dalam usia 80 tahun. Kemudian
Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya Abu
Thalib.
D. Pengalaman
Penting Nabi Muhammad SAW
Ketika
berumur 12 tahun, Nabi Muhammad SAW mengikuti pamannya Abu Thalib membawa
barang dagangan ke Syam. Sebelum mencapai kota
Syam baru sampai di Bushra,
bertemulah mereka dengan pendeta Nasrani Buhaira.
Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad SAW. Maka
dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke mekah,
sebab dia khawatir kalau-kalau Nabi Muhammad SAW ditemukan oleh orang yahiudi
yang pasti akan menganiayainya.
Nabi
Muhammad SAW sebagaimana biasanya pada masa kanak-kanak itu, dia kembali ke
pekerjaannya menggembala kambing. Pekerjaannya menggembala kambing membuahkan
didikan yang amat baik pada diri nabi, karena pekerjaan ini memerlukan
keuletan, kesabaran dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan.
Sewaktu
Nabi Muhammad SAW berumur ±15 tahun
terjadilah peperangan antara suku Quraisy
dan Kinannah disatu pihak, dengan suku Qais
‘ailan di lain pihak. Nabi Muhammad SAW ikut aktif dalam peperangan ini memberikan
bantuan kepada paman-pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan.
Peperangan ini terjadi di daerah suci pada bulan suci pula, yaitu pada bulan
zuklkaedah dimana pada bulan ini dilarang berkelahi, berperang , menumpahkan
darah. Oleh karena itu perang tersebut dinamakan Harbul Fijar yang artinya perang
yang memecahkan kesucian.
Meningkat
masa dewasa, Nabi Muhammad SAW mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya.
Karena di beliau terkenal orang yang jujur, maka seorang perempuan bernama Siti Khadijah bin Khuwailid (seorang
janda kaya berusia 40 tahun) mempercayai beliau untuk membawa barang
dagangannya ke negeri Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini Nabi Muhammad SAW
ditemani oleh Maisarah (sekretaris
siti khadijah). Sebelum Nabi Muhammad SAW dan maisarah berangkat siti khadijah
diam-diam berpesan kepada Maisarah agar membawa buku catatan unutk mencatat apa
saja yang terjadi dalam perjalanan mereka. Salah satu isi catatan yang ditulis
Maisarah tersebut adalah:Dalam perjalanan ke Syam,senantiasa ada segumpal awan
yang menaungi Nabi Muhammad SAW dan rombongan yang berjalan sehingga terhindar dari terik panas sinar matahari
yang menyengat.
Sesudah
mereka pulang dari Syam datanglah lamaran dari pihak Siti Kahadijah kepada
beliau lalu beliau sampaikan hal itu kepada pamannya. Setelah..0terca[ai kta
sepakat, pernikahan pun dilangsungkan. Pada waktu itu umur nabi berumur 25
tahun dan khadijah 40 tahun.
Nama
Nabi Muhammad SAW tambah terkenal dikalangan penduduk mekah setelah beliau
mendamaikan pemuka-pemuka Quraisy dalam sengketa memperbaharui bentuk ka’bah.
Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad
(batu hitam) ke tempat asalanya
terjadilah perselisihan sengit antara pemuka-pemuka Quraisy. Maka datanglah
Nabi Muhammad SAW lalu beliau meminta sehelai kain, lalu dihamparkannya dan
hajar aswad diletakkan di tengah-tengah kain itu. Kemudian disuruhnya tiap-tiap
pemuka mengangkat tepi kain ke tempat asal hajar aswad itu. Ketika sampai ke
tempatnya, maka batu suci itu diletakkan oleh Nabi Muhammad. Pada waktu itu
usia nabi sudah 35 tahun dn dikenal dengan nama Al-Amin (yang dapat dipercaya).
D. Akhlak
Nabi Muhammad SAW
Dalam perjalanan
hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi
rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur dan mempunyai
kepribadian yang tinggi. Tak da satupun perbuatan dan tingkah lakunya yan
tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku
dan perbuatan pemuda-pemuda dan penduduk kota
mekah pada umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian
jujurnya dalam perkataan dan perbuatan maka beliau diberi julukan al-Amin artinya orng yang dapat
dipercaya.
Sebagai seorang
manusia yang bakal menjadi pembimbing umat manusia Nabi Muhammad SAW memiliki
bakat-bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikirannya, ketajaman otaknya,
kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya, kecepatan tanggapannya dan
kekerasan kemauannya. Segala pengalaman hidupnaya mendapat pengolahan yang
sempurna dalam jiwanya. Dia mengetahui babak-babak sejarah negerinya, kesedihan
masyarakat bahkan keruntuhan agama bangsanya. Pemandangan itu tidak dapat
hilang dari pikirannya. Ia mulai menyiapkan dirinya (bertahannuts) untuk mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempurna.
Untuk bertahannuts ini dipilihnya sebuah goa kecil bernama Hira yang terdapat di bukit Jabal
Nur (bukit cahaya) yang terletak kira-kira 2/3 mil sebelah utara kota Mekah.
E. Muhammad menjadi Rasul
Ketika menginjak
usia 40 tahun Nabi Muhammad SAW lebih banyak mengerjakan tahannuts daripada
waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak
dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama. Dalam bertahannuts
kadang-kadang beliau bermimpi, mimpi yang benar (Arru’ya Ashshaadiqah).
Pada malam 17
ramadhan bertepatan dengan 6 agustus 610 M, diwaktu Nabi Muhammad SAW sedang
bertahannuts di goa Hira datanglah malaikat Jibril a.s membawa tulisan dan
menyuruh Muhammad SAW membacanya: “Bacalah” dengan terperanjat Nabi Muhammad
SAW menjawab “Aku tidak dapat membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali
oleh malaikat jibril as sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan oleh jibril
seraya disurruhnya Nabi Muhammad SAW membaca sekali lagi “Bacalah” tetapi Nabi
Muhammad SAW masih tetap menjawab “Aku tidak dapat membaca”. Begitulah keadaan
berulang sampai 3 kali dan akhirnya Muhammad SAW berkata : “Apa yang ku baca?”.
Kata Jibril
Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu
yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmu teramat mulia.yang mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan
pada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-A’laq ayat 1-5)
Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW.
Dan inilah saat penobatan beliau sebagai rasulullah / utusan Allah kepada
seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalah-Nya. Dengan turunnya wahyu
yang pertama itu, Muhammad SAW yang telah berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari
menurut perhitungan tahun komariah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah. itu berarti telah
dipilih Allah sebagai rasul.
F. Tugas
Nabi Muhammad SAW
Menurut riwayat
selama kurang lebih 2,5 tahun lamanya sesudah menerima wahyu pertama barulah rasulullah
menerima wahyu yang kedua. Dikala menunggu-nunggu wahyu yang kedua itu,
Rasulullah diliputi perasaan cemas dan khawatir kalau-kalau wahyu itu putus
malahan hampir saja beliau terus bertahannuts sebagaimana biasanya di goa Hira.
Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, beliau menengadah, tampaklah maklaikt
Jibril as sehingga beliau menggigil ketakutan dan segera pulang ke rumah,
kemudia meminta kepada siti khadijah supaya meyelimutinya. Dalam keadaan
berselimut itu datanglah jibril menyampaikan wahyu Allah yang kedua kepada
beliau yang berbunyi :
Artinya: “ Hai
orang yang berselimut. Banguin dan berilah peringatan! Besarkanlah (nama)
Tuhanmu. Bersihkanlah pakaianmu, jauhilah perbuatan maksiat, janganlah kamu
memeeberi karena hendak memperoleh yang lebih banyk. Dan hemdklah kamu bersabar
untuk memenuhi perntah Tuhanmu. (Q.S
Al-Mudatsir ayat 1-7).
G. Cara Nabi Muhammad SAW berda’wah
Nabi Muhammad SAW
menyusun strategi berda’wah dengan cara sebagai berikut:
- Sembunyi-sembunyi, karena orang kafir sangat tidak senang dengan agama islam. Mereka menganggap bahwa agama yang diajarkan nabi Muhammad SAW sangat bertentangan dengan adat istiadat dan kebiasaan menyembah berhala
- Disampai dengan penuh hati-hati, sabar dan menggunakan bahasa yang halus serta mudah dipahami
- Disampaikan secara terang-terangan .Cara ini dilakukan setelah Rasulullah Saw mendapayt wahyu dari Allah seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Hijr ayat 94-95
Artinya: “ Maka
jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan beroalingah dari orag-orang
musyrik.Sesungguhnya kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang
memperolok-olokan (kamu).”
Dakwah secara
terang-rerangan mendapat reaksi cukup keras dari pemuka dan tokoh Quraisy
antara lain Abu Lahab (Abdul Uzza), Abu
Jahal , Ummar bin Khattab, Uqbah bin Abi Mu’ahh, Aswad bin Abdi Jagus, Hakam
bin Abil Ash, Abu Sofyan bin Harb, Ummu Jamil (istri Abu lahab).
H. Reaksi
Orang-orang Quraisy
Ketika
orang-orang quraisy melihat gerakan Islam serta mendengar bahwa mereka dengan
nenek moyang mereka dibodoh-bodohkan dengan berhala-berhala dihina-hina,
bangkitlah kemarahan mereka dan mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadap
nabi dan pengikut-pengikutnya.Banyaklah pengikut-pengikut nabi yang kena siksa
diluar prikemanusiaan, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap
nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena beliau masih
dilindungi paman beliau Abu Thalib dan disamping itu beliau adalah keturunan
Bani Hasyimyang mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam pandangan
masyarakat Quraisy sehingga beliau disegani.
Pada suatu
ketika, datanglah beberapa pemuka-pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminta
agar dia menghentikan segala kegiatan nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan islam,
dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek moyang mereka. Tuntutan
mereka ini ditolak secara baik oleh Abu Thalib. Setelah mereka melihat
perutusan iitu tidak berhasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk
menyatakan bahwa mereka tidak dapat memnbiarkan tingkah laku Nabi Muhammad SAW itu dan mereka
mengajukan pilihan kepadanya : menghentikan ucapan-ucapan nabi Muhammad SAW
atau mereka sendiri yang melakukannya. Setelah Ab Thalib mendengar ketegasan
perutusan itu, timbullah rasa kekhawatiran
akan terjadinya perpecahan dan
permusuhan kaumnya, namun tak sampai hati juga ia melarang keponakannya itu.
Akhirnya dipanggilnya nabi Muhammad SAW dan dia Berkata :”Wahai anakku, sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin-pemimpin
kaummu. Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencefgah kamu melakukan
penyiaran islam dan tidak mencela agama serta nenek moyang mereka, maka jagalah
diriku dan dirimu. Jangan lah aku dibebani dengan sesuatu perkara diluar
kesanggupanku”. Mendengar ucapan itu nabi Muhammad Saw mengira pamannya
tidak bersedia lagi melindunginya. Beliau berkata dengan tegas :”Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka
letakkan matahari disebelah kananku dan bulan disebalah kiriku, dengan maksud
agar akueninggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia tersiar (dimuka bumi ini
) atau aku akan binasa karenaya,namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan
ini”
Sesudah
mengucapkan kata-kata itu, Nabi Muhammad SAW berpaling seraya menangis. Ketika
berpaling hendak pergi itu, Abu Thalib memanggil: “Menghadaplah kemari hai anakku!” Nabi pun kembali menghadap.
berkatalah pamannya: ”Panggillah dan
katakanlah apa yang kamu kehendaki, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu
karena suatu alas an apapun selama-lamanya”.
I. Hijrah
ke Habsyah (Ethiopia)
Setelah orang
Quraisy merasa bahwa usaha mereka untuk melunakkan Abu Thalib tidak berhasil
maka mereka melancarkan bermacam-macam gangguan dan penghinaan kepada Nabi dan
memperhebat siksaan-siksaan diluar prikemanusiaan terhadap pengikut-pengikut
beliau, akhirnya Nabi tak tahan melihat penderitaan sahabat-sahabatnya. Lalu
menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah
(Ethiopia) yang rakyatnya menganut agama Kristen dan Rasul mengetahui bahwa
Raja Habsyah yaitu Najasyi dikenal
adil, maka berangkatlah rombongan pertama terdiri dari 10 orang laki-laki
dan 4 orang perempuan. Kemudian disusul
oleh rombongan-rombongan yang lain hingga mencapai 100 orang diantaranya Utsman bin Affan beserta istrin beliau Rukayyah(putrid Nabi), Zubern bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Dja`far bin Abu Thalib dan lain-lain.peristiwa
ini terjadi pada tahun ke-5 sesudah nabi MuhammadSAW menjadi Rasul(615 M). Setibanya
dinegeri Habsyah, mereka mendapat perlakuan dan perlindungan yang baik dari
Rajanya.
Sementara
Rasulullah tetap tinggal di Mekah, menyeru kaummnya kedalam islam walaupun
gangguan bertambah sengit. Seorang demi seorang pengikut beliau bertambah, berkat
rahmat Allah masukklah kedalam agama islam paqda masa ini 2 orang pemimpin
Quraisy yang sangat perkasa yakni :Hamzah
bin Abdul Muththalib dan Umar bin
Kaththab. Kedua orang ini pada mulanya penantang islam yang amat keras.
Kehadiran mereka dalam barisan islam menghidupkan semangat kaum muslimin karena
mereka akhirnya menjadi benteng islam.
J. Pemboikotan
Terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib
Sesudah orang
Quraisy melihat bahwa segala jalan yang mereka tempuh untuk memadamkan dakwah
(seruan) Nabi Muhammad SAW tidak memberi hasil karena Bani Hasyim dan Bani
Muththalib (dua keluarga besar nabi Muhammad, baik yang sudah besar maupun yang
belum) tetap melindungi beliau, maka mereka mencari takhtik baru untuk
melumpuhkan kekuatan islam itu. Mereka mengadakan pertemuan dan mengambil
keputusan untuk melakukan pemboikotan
terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Yaitu dengan jalan memutuskan segala
perhubungan. Keputusan mereka itu ditulis diatas kertas dan digantungkan di
Ka`bah.
Dengan adanya
pemboikotan umum ini, maka nabi Muhammad SAW dan orang-orang islam serta
keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Muththalib, terpaksa menyingkir dan
menyelamaykan diri keluar dari kota
Mekah. Selama 3 tahun lamanya menderita kemiskinan dan kesengsaraan. Banyak
diantara kaum Quraisy yang merasa sedih akan nasib yang dialami keluarga nabi
itu.dengan sembunyi-sembunyi pada waktu malam hari mereka mengirimkan
makanan-makanan dan keperluan lainnya kepada kaum kerabat mereka yang terasing
diluar kota
seperti yang dilakukan oleh Hidyam bin
Amr. Akhirnya bangkitlah beberapa pemuka-pemuka Qiraisy menghentikan
pemboikotan itu dan merobek-robekkan kertas pengumuman diatas ka`bah itu.
Dengan itu pulihlah kembali hubungan Bani Hasyim dan Bani Muththalib dengan
orang Quraisy. Akan tetapi nasib pengikut-pengikut Nabi Muhammad SAwbukanlah
menjadi baik, bahkan orang-orang Quraisy lebih meningkatkan sikap permusuhan
mereka.
K. Nabi Muhammad SAW Mengalami Tahun Kesedihan
Belum lagi
sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad Saw akibat pemboikotan umum itu,
tibalah pula musibah yang besar menimpa dirinya, yaitu wafatnya paman beliau
Abu Thalib dalam usia 87 tahun. Disaat ajal menjemputnya Nabi Muhammad Saw
menangis dan menyuruh pamannya mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun pamannya
enggan dan wafatlah Abu Thalib dalam keadaan kafir.
Tidak beberapa
lama kemudian,disusul oleh istrinya Siti Khadijah. Kedua macam musibah terjadi
pada tahun ke-10 dari masa kenabian. Tahun ini sdalam sejarah disebut “Aamul Huzni” (tahun kesedihan).
Semenjak itu
nabi Saw nampak sedih. Khaulah binti
Hakim yang melihat kesedihan Nabi Saw memberi Saran agar nabi Saw menikahi Aisyah. Nabi Saw akhirnya menerima usul
tersebut dan Abu Bakar, orang tua Aisyah , menyetujuinya.
Setelah Beliau
melihat bahwa Mekah tidak sesuai lagi menjadi pusat dakwah islam, maka beliau
berdakwah keluar kota
Mekah. Negeri yang dituju ialah Thaif
daerah kabilah Tsaqif. Beliau
menjumpai pemuka-pemuka kabilah itu dan diajaknya mereka kepada agama Islam.
Ajaran Nabi Muhammad Saw ditolak mereka dengan kasar. Nabi diusir,
disorak-soraki, dan dikejar-kejar sambil dilempari dengan batu sampai
berlindung dibawah pohon anggur dikebun Urba
dan Syaiba (anak Rabi`a). nabi terpaksa kembali ke Mekah menuju Baitullah. Disitu
beliau tawaf dan sujud berdoa, semoga Allah SWT mengampuni kaumnya dan memberi
kekuatan kepadanya untuk melanjutkan risalah Tuhannya. Sesudah itu barulah
beliau pulang ke rumah.
L. Nabi
Muhammad SAW Mengalami Isra` dan Mi`raj
Disaat-saat
menghadapi ujian yang sangat berat dan tingkat perjuangan sudah pada puncaknya
ini, gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dan
pengikut-pengikutnya semakin hebat, maka nabi Muhammad Saw diperintahkan oleh
Allah SWT untuk menjalani Isra` dan
Mi`raj.Isra`adalah perjalanan dimalam hari dari Mekah (Masjidil Haram) ke
Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) di Palestina. Sedangkan Mi`raj yaitu naiknya Nabi
Muhammad Saw ke langit ketujuh hungga ke Sidratul Muntaha. Disitulah beliau
menerima perintah langsung dari Allah tentang shalat 5 waktu. Hikmah Allah
memerintahkan Isra` dan Mi`raj kepada Nabi Muhammad Sw dalam perjalanan satu
malam itu adalah untuk lebih menambah kekuatan iman dan keyakinan beliau
sebagai rasul, yang diutus aAAllah ketengah-tengah manusia, untuk membawa
risalah-Nya. Dengan demikian akan bertambahlah kekuatan bathin sewaktu menerima
cobaan dan musibah serta siksaan yang bagaimanapun juga besarnya,dalam
memperjuangkan cita-cita luhur ,mengajak seluruh umat manusia kepada agama
Allah.
Peristiwa
Isra` dan Mi`raj ini terjadi pada malam 27
Rajab Tahun ke-11 kenabian. Kejadian ini menjadi ujian bagi kaum muslimin
sendiri, apakah mereka beriman dan percaya kepada kejadian yang mentakjubkan
dan diluar akal manusia itu, yaitu perjalanan yang beratus-ratus mil serta
menembus tujuh lapis langit dan hanya ditempuh dalam satu malam saja. Orang
yang pertama kali percaya akan Isra` dan Mi`raj nya Nabi Muhammad Saw ini ialah
Abu Bakar. Oleh karena itu
rasulullah menggelarnya “as-siddiq”
yang artinya membenarkan.
M. Orang
Yatsrib Masuk Islam
Waktu musim haji
tiba, daangkal ke Mekah kabilah-kabilah Arab dari segala penjuru tanah Arab.
Diantara mereka itu, jemaah Khazraj dari
Yatsrib. Sebagaimana biasanya setiap musim haji, nabi Muhammad menyampaikan
seruan Islam kepada Kabilah-kabilah yang sedang melakukan haji. Kali ini beliau
menjumpai orang-orqang Khazraj. Mereka sudah mempunyai pengertian tentang agama
ketuhanan, dan kerap kali mendengar dari orang Yahudi dinegeri mereka, tentang
akan lahirnya seorang Nabi pada waktu dekat. Segeralah mereka mencurahkan
perhatian kepada dakwah yang disampaikan Nabi kepada mereka itu. Pada waktu itu
juga mereka langsung beriman setalah yakin bahwa Muhammad itu Nabi yang telah
lama mereka nanti-nantikan. Peristiwa ini merupakan titik terang bagi
perjalanan risalah Muhammad Saw. Orang Khazraj yang masuk islam ini tidak lebih
dari enam orang, tapi merekalah yang membuka lembaran baru sejarah perjuangan
Nabi Muhammad Saw.
Setibanya mereka
di Yatsrib dari Mekah, mulailah mereka menyiarkan kepada kaum kerabat mereka,
tentang kebangkitan Nabi akhir zaman, Muhammad Saw yang berada di Mekah.berkat kegiatan mereka hamper setiap
rumah di Madinah, sudah mendengar dan membicarakan Nabi Muhammad Saw.
Pada tahun ke-12 sesudah kenabian,
datanglah ke Mekah di musim haji 12 orang laki-laki dan seorang wanita penduduk
Yatsrib. Mereka menemui rasulullah secara rahasia di Aqabah.ditempat inilah mereka mengadakan Bai`at (perjanjian) atas
dasar islam dengan Nabi. Bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah, tidak
akan mencuri, berzina, membunuh anak-anak, fitnah-memfitnah dan tidak akan
mendurhakai Muhammad Saw. Perjanjian ini dalam sejarah dinamakan Bai`atul Aqabatil Ula (Perjanjian Aqabah yang Pertama), karena dilangsungkan di Aqobah
untuk pertama kalinya. Dinamakan pula Bai`atun
Nisaa` (Perjanjian Wanita) karena
dalam Bai`at itu ikut seorang wanita bernama `Afra Binti `Abid Bin Tsalabah. Sesudah selesai pembai`atan ini,
Rasulullah mengirim Mush`ab bin Umair bersama mereka ke Yatsrib untuk
mengajarkan Al-Qur`an dan agama Islam. Maka agama Islam pun tersebar ke setiap
rumah dan keluarga di Yatsrib,kecuali beberapa keluarga kecil orang Aus.
Pada
tahun ke-13 dari kenabian, berangkatlah serombongan kaum muslimin dari Yatsrib
ke Mekah untuk mengerjakan haji. Orang-orang islam itu mengundang rasul agar
mengadakan pertemuan dengan mereka di Aqabah pada hari Tasysiq. Setelah selesai
mengadakan upacara haji, keluarlah orang-orang isdlam dari perkemahan mereka
menuju Aqabah secara sembunyi-sembunyi pada waktu tengah malam. Ditempat itulah
mereka berkumpul menunggu Nabi. Jumlah mereka 73 orang laki-laki dan 2 orang
wanita. Rasulullah pun dating didampingi oleh Abbas, paman beliau, yang dimasa
itu masih belum menganut agama Islam.
N. Hijrah Ke
Yatsrib
Tatkala nabi
Muhammad Saw melihat tanda-tanda baik pada perkembangan islam di Yatsrib itu, disuruhnyalah
para sahabat-sahabatnya berpindah kesana. Berkata rasul kepada
sahabat-sahabatnya : “Sesungguhnya Allah
azza wajalla telah menjadikan orang-orang Yatsrib sebagai saudara-saudara
bagimu dan negeri itu sebagai tempat yang aman bagimu”
Orang-orang
Quraisy sangat terperanjat setelah mengetahui perkembangan islam di Yatsrib
itu. Mereka merasa khawatir jika nabi Saw berkuasa di Yatsrib itu. Maka
bersidanglah pemuka-pemuka Quraisy di Daarun Nadwah untuk merencanakan tindakan
apakah yang akan diambil terhadap Nabi. Akhirnya mereka memutuskan bahwa nabi
Muhammad harus dibunuh, demi keselamatan masa depan mereka. Untuk melaksanakan
pembunuhan ini, setiap Quraisy mengirimkan seorang pemuda pilihan. Dengan
demikian, bilamana Nabi Muhammad Saw berhasil dibunuh, keluarganya tidak akan
mampu menuntut bela kepada seluruh suku.
Rencana keji
kaum Quraisy telah diketahui oleh Muhammad Saw dan beliau diperintahkan oleh Allah SWT agar
segera pindah ke Yatsrib. Hal ini beliau beritahukan kepada sahabatnya Abu
Bakar. Abu Bakar minta kepada nabi supaya diizinkan menemani beliau dalam
perjalanan yang bersejarah ini. Nabi setuju, lalu Abu Bakar menyediakan
persiapan untuk perjalanan ini.
Pada malam hari
waktu pemuda Quraisy sedang mengepung rumah nabi dan siap akan membunuh beliau,
rasulullah berkemas-kemas untuk meninggalkan rumah. Ali bin Abu Thalib disuruh
menempati tempat tidur beliau supaya orang-orang Quraisy mengira bahwa beliau
masih tidur. Kepada Ali, diperintahkan juga, supaya mengembalikan barang-barang
yang dititipkan beliau kepada pemilikmya masing-masing. Kemudian dengan
diam-diam beliau keluar dari rumah. Dilihatnya pemuda-pemuda yang mengepung
rumah beliau sedang tertidur, tak sadarkan diri. “Alangkah kejinya mukamu “
kata Rasulullah Saw seraya meletakkan pasir diatas kepala mereka. Dengan
sembunyi-sembunyi beliau pergi menuju rumah Abu Bakar. Kemudian mereka berdua
keluar dari pintu kecil dibilakang rumah, dengan menaiki unta yang sudah
disiapkan oleh Abu Bakar menuju sebuah goa di Bukit Tsuur sebelah selatan kota
Mekah, lalu mereka bersembinyi didalam goa itu.
Setelah
algojo-algojo itu mengetahui bahwa Nabi tidak dirumah dan terlepas dari
kepungan mereka, maka mereka menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi, tetapi tidak juga
bertemu. Akhirnya mereka sampai juga di goa Tsuur, tempat nabi dan Abu Bakar
bersembunyi. Tetapi dengan perlindungan Allah, dimuka goa itu terdapat sarang
laba-laba berlapis-lapis, seolah-olah terjadinya telah lama sebelum Nabi dan
Abu Bakar masuk kedalamnya. Melihat keadaan yang demikian, pemuda Quraisy itu
sedikitpun tidak menaruh curiga. Setelah 3 hari lamanya mereka bersembunyi
dalam goa itu dan keadaan sudah dirasakan aman, maka nabi dan Abu Bakar (dengan
petunjuk jalan oleh Abdullah bin Uraiqit)
barulah meneruskan perjalanan menyusur pantai Laut Merah, dan Ali bin Abi
Thalib menyusul demikian.
Adapun beberapa
peperangan besar yang terjadi setelah Nabi hijrah, antara lain:
- Perang Badar (17 Ramadhan tahun kedua Hijrah)
- Peran Uhud (pertengahan Sya’ban tahun ketiga Hijrah)
- Perang Khandaq (pada tahun kelima Hijrah)
Perang-perang yang
terjadi sesudah Fathul Mekah, antara lain:
- Perang Mu’tah (bulan Jumadil Awal tahun kedelapan Hijrah)
- Perang Hurain
- Perang Tabuk
O. Yatsrib Menjadi Madinatun Nabiy
Setelah
mengarungi padang pasir yang sangat luas dan sangat panas, akhirnya pada hari
senin 8 Rabiul Awal tahun 1 Hijriah, tibalah Nabi Muhammad SAW di Quba,
kira-kira 10km dari Yatsrib. Selama 4hari beristirahat, Nabi mendirikan sebah
mesjid, yaitu mesjid Quba’, inilah mesjid pertama yang didirikan dalam sejarah
islam.
Pada hari Jumat
tanggal 12 Rabiul Awal 1H, atau 24 September 622M, Nabi dan Abu Bakar serta Ali
bin Abi Thalib memasuki kota Yatsrib, dengan mendapatkan sambutan hangat, penuh
kerinduan dan rasa hormat dari penduduknya. Pada hari itu juga Nabi mengadakan
shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah islam, dan beliau pun berkhutbah
di hadapan kaum muslimin (muhajirin dan anshar0. Sejak itu Yatsrib berubah namanya menjadi Madinatun Nabiy, artinya kota nabi, selanjutnya
disebut madinah.
P. Tugas
Nabi Muhammad SAW Selesai
- Haji Wada’
Haji
wada’ artinya haji perpisahan, maksudnya ibadah haji pertama dan terakhir bagi
Nabi Muhammad SAW. Beliau mengumumkan niatnya hendak menunaikan ibadah haji
pada tahun kesepuluh hijriah, tepanya tanggal 2 Zulkaedah, karena baru tahun
itu kaum muslimin dapat kebebasan dan kesempatan menunaikan ibadah haji
sepenuhnya sesuai dengan ajaran islam.
Oleh
karena jumlah kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji wada’ tahun itu luar
biasa banyaknya (±100000 orang) maka perlu seorang amirul hajj, artinya pemimpin pelaksanaan ibadah haji. Amirul hajj
tahun itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri, sekaligus untuk mengajari kaum
muslimin cara melakkan manasik haji.
Pada
saat itulah beliau menyampaikan khutbah kepada ribuan jemaah haji. Dlam khutbah
beliau menyampaikan beberapa hal penting, diantaranya:
1. Akidah islam, agama yang
benar disisi Allah
2. Agar memiliki, memelihara
dan menumbuhkan akhlak mulia untuk diri sendiri dan terhadap orang lain
3. Agama mempererat tali
persaudaraan sesame manusia terutama umat islam
4. Turunnya wahyu terakhir
pada surat
Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi
Artinya: “ Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku ridhai islam itu jadi agama bagimu”.
Dalam khutbah itu
akhirnya beliau menyatakan:
“Hai
kaum muslimin, dengarkanlah apa yang hendak ku katakan mungkin sehabis tahun
ini, aku tidak bertemu lagi dengan kalian dalam keadaan sepeti ini, di tempat
ini untuk selama-lamanya…”
- Pesan Akhir
Pesan akhir
Rasulullah:
“ Hai kaum muslimin, ku panjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWt yang tiada tuhan selain Dia. Barang siapa diantara kalian
yang pernah ku pukul punggungnya, inilah punggungku. Sekarang aku siap menerima
pembalasan! Barang siapa yang pernah ku cemarkan kehormatannya, sekarang aku
bersedia dicemarkan kehormatanku sebagai pembalasan. Dendam kesumat bukanlah
menjadi tabiatku dan tidak terdapat pada diriku. Aku sangat menyukai orang yang
mengambil haknya dariku, kalau memang dia mempunyai hak atas sesuatu yang ada
padaku, pasti akan ku berikan, agar aku merasa lega pada saat bertemu denan
Allah SWT nanti.”
Pesan akhir
lainnya terdapat dalam hadis-hadis yang isinya antara lain:
1. Agar umat islam
mempedomani Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah. Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai
sekalian manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan pada kamu, apabila kamu berpegang
teguh dengannya kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu dua perkara:
kitabullah dan sunnah nabimu. Hai manusia! Dengarlah apa yang aku ucapkan
kepadamu, niscaya kamu hidup (baik) dengannya.”
2. Harta warisan dan
pengganti beliau
- Nabi Muhammad SAW Wafat
Rasulullah SAW
mulai menderita sakit keras pada hari-hari terakhir bulan Safar tahun kesebelas
H. pada mulanya beliau merasa kepala pusing tetapi untuk beberapawaktu lamanya
beliau dapat menahannya dengan tenang. Namun keadaan itu makin lama
dirasakannya semakin berat sehingga belaia tidak dapat keluar rumah.
Para istri
beliau sepakat, Rasulullah SAW dipindahkan ke rumah Siti Aisyah. Beliau
meninggalkan tempat kediaman Siti Aminah, dipapah oleh Al Fadhl ‘Abbas dan Ali
bin Abi Thalib. Ketika itu penyakit yan diderita beliau sudah melemahkan
kekuatan tubuhnya. Beliau tak sanggup lagi berjalan seperti biasa.
Tambah
hari penyakit beliau makin keras dan suhu badannya bertambah tinggi. Beliau
minta kepada keluarganya supaya diambilkan air untuk mendinginkan badannya.
Setelah
Rasulullah SAW merasa berkurang panas badannya, beliau memanggil Al Fadhl,
saudara misannya anak lelaki Abbas. Kepadanya beliau meminta supaya digendong.
Beliau tampak sangat letih dan menggunakan kerudung kepala, segera masuk ke
dalam mesjid. Kemudian duduk diatas mimbar. Beliau minta supaya memanggil
jemaah berkumpul.
Siang hari itu kaum
muslimin dicekam perasaan sedih, semuanya mengarahkan mata dengan penuh
perhatian kepada seorang pemimpin, utusan Allah SWT yang telah mengeluarkan
mereka dari kegelapan ke cahaya terang. Mereka sedih melihat keadaaan
Rasulullah SAW semakin lemah.
Rasulullah
SAW merasa penyakitnya bertambah berat. Puteri beliau, Fatimah tidak dapat
menahan kesedihan melihat penderitaan ayahandanya, kemudian berkata: “Alangkah
berat penderitaan ayah”. Beliau menjawab: “Anakku, sesudah hari ini ayah tidak
akan menderita lagi!”.
Keesokan harinya, Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun
11 H bertepatan dengan 9 Juni 632 M, Rasulullah SAW kembali kehadirat Allah SWT
dalam uisia 63 tahun. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar