Minggu, 15 September 2013

Biografi Nabi Muhammad SAW


A. Masyarakat Arab sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Kehidupan bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad SAW lahir dikenal  dengan zaman jahiliyah. Jahiliyah berasal dari bahasa arab, artinya bodoh. Kebodohan yang dimaksud adalah berkaitan dengan pemahaman dan pelaksanaan agama yang meliputi keimanan dan hukum-hukum agama. Jadi zaman jahiliyah artinya zaman kebodohan dalam agama atau masa kegelapan iman dan akhlak. Bukan bodoh dalam segala hal karena bangsa arab ketika itu telah memiliki kemajuan dalam banyak bidang, terutama politik, ekonomi, sosial dan sastra.

B. Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Diakala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan dalam hidupnya, lahirlah kedunia dari keluarga yang sederhana di kota Mekah. Seorang bayi yang kelak membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Bayi itu yatim, bapaknya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasym bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab bani islami, meninggal ± 7bulan sebelum dia lahir. Kelahiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muthalib dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki ka’bah. Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, tepatnya hari Senin 12 RabiulAwal tahun gajah, atau 20 April 571 M (menurut penanggalan para ahli).
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy yang telah berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza’ah atas kota mekah. Ibunaya bernama Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Sudah menjadi kebiasaan orang arab kota Mekah menyusukan dan menitipkan bayi-bayi mereka kepada wanita badiyah (dusun di padang pasir).Hal ini bertujuan agar bayi tersebut dapat menghirup hawa yang bersih , terhindar dari penyakit-penyakit kota dan supaya bayi-bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan fasih. Demikian halnya Nabi Muhammad SAW, setelah disusukan selama 3 hari oleh Suaibah, beliau diserahkan oleh ibunya kepada Halimah Sa’diyah dari bani sa’ad kabilah hawazin. Setelah umur 2 tahun atau setelah habis masa menyusui, Halimah mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada ibunya. Namun saat itu kota mekah sedang ditimpa musibah cacar, Aminah menyuruh Halimah untuk mengasuhnya kembali.
Kehadiran Nabi Muhammad SAW dalam keluarga miskin itu sungguh membawa berkah, kehiudupan Haris dan Halimah menjadi bahagia. Karena semua kambing yang mereka pelihara menjadi gemuk dan menghasilkan banyak susu dari biasanya.
Pada usia 4 tahun, pada saat Nabi Muhammad SAW sedang mengembala kambing di belakang rumah Halimah bersama anak Halimah, datanglah dua orang lelaki berpakaian putih (malaikat Jibril dan Mikail) lalu membaringkan Nabi Muhammad SAW. Anak Halimah langsung berlari mengadukannya kepada Halimah.
Ketika Halimah bergegas menuju belakang rumahnya, ia melihat Nabi Muhammad SAW telah dalam keadaan berdiri. Lalu Halimah berkata: “Wahai anakku, apakah yan terjadi denganmu?”. Jawab Nabi Muhammad SAW: “Aku dibaringkan oleh dua orang berpakaian putih, lalu mereka membedah dadaku, mengambil isi dadaku, lalu dibersihkannya, lalu dimasukkannya kembali ke dalam dadaku”.  Mendengar jawaban dari Nabi Muhammad SAW, Halimah merasa takut. Kemudian Halimah mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada ibunya pada usia  ±4 tahun.

C.  Kematian Ibu dan Kakek

Saat Nabi Muhammad SAW berusia ± 6 tahun, beliau dibawa ibunya ke Madinah bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggalan ayahnya. Tujuannya adalah untuk mengenalkan nabi dengan keluarga neneknya Bani Najjar dan menziarahi makam ayahnya. Mereka tinggal disitu kira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ke mekah. Dalam perjalanan pulang, tepatnya di desa Abwa’ tiba-tiba Aminah jatuh sakit kemudian meninggal dan dimakamkan disana.
Nabi Muhammad SAW kembali ke mekah dan tinggal bersama kakeknya Abdul Muthalib. Kakeknya sangat menyayangi Nabi Muhammad SAW, sehingga nabi bisa melupakan kemalangan nasibnya karena kematian ibunya. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena 2 tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal pula dalam usia 80 tahun. Kemudian Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya Abu Thalib.

D. Pengalaman Penting  Nabi Muhammad SAW

Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad SAW mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam baru sampai di Bushra, bertemulah mereka dengan pendeta Nasrani Buhaira. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad SAW. Maka dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke mekah, sebab dia khawatir kalau-kalau Nabi Muhammad SAW ditemukan oleh orang yahiudi yang pasti akan menganiayainya.
Nabi Muhammad SAW sebagaimana biasanya pada masa kanak-kanak itu, dia kembali ke pekerjaannya menggembala kambing. Pekerjaannya menggembala kambing membuahkan didikan yang amat baik pada diri nabi, karena pekerjaan ini memerlukan keuletan, kesabaran dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan.
Sewaktu Nabi Muhammad SAW berumur ±15 tahun terjadilah peperangan antara suku Quraisy dan Kinannah disatu pihak, dengan suku Qais ‘ailan di lain pihak. Nabi Muhammad SAW ikut aktif dalam peperangan ini memberikan bantuan kepada paman-pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan. Peperangan ini terjadi di daerah suci pada bulan suci pula, yaitu pada bulan zuklkaedah dimana pada bulan ini dilarang berkelahi, berperang , menumpahkan darah. Oleh karena itu perang tersebut dinamakan Harbul Fijar yang artinya perang yang memecahkan kesucian.
Meningkat masa dewasa, Nabi Muhammad SAW mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena di beliau terkenal orang yang jujur, maka seorang perempuan bernama Siti Khadijah bin Khuwailid (seorang janda kaya berusia 40 tahun) mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini Nabi Muhammad SAW ditemani oleh Maisarah (sekretaris siti khadijah). Sebelum Nabi Muhammad SAW dan maisarah berangkat siti khadijah diam-diam berpesan kepada Maisarah agar membawa buku catatan unutk mencatat apa saja yang terjadi dalam perjalanan mereka. Salah satu isi catatan yang ditulis Maisarah tersebut adalah:Dalam perjalanan ke Syam,senantiasa ada segumpal awan yang menaungi Nabi Muhammad SAW dan rombongan yang berjalan sehingga  terhindar dari terik panas sinar matahari yang menyengat. 
Sesudah mereka pulang dari Syam datanglah lamaran dari pihak Siti Kahadijah kepada beliau lalu beliau sampaikan hal itu kepada pamannya. Setelah..0terca[ai kta sepakat, pernikahan pun dilangsungkan. Pada waktu itu umur nabi berumur 25 tahun dan khadijah 40 tahun.
Nama Nabi Muhammad SAW tambah terkenal dikalangan penduduk mekah setelah beliau mendamaikan pemuka-pemuka Quraisy dalam sengketa memperbaharui bentuk ka’bah. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad (batu hitam) ke tempat asalanya terjadilah perselisihan sengit antara pemuka-pemuka Quraisy. Maka datanglah Nabi Muhammad SAW lalu beliau meminta sehelai kain, lalu dihamparkannya dan hajar aswad diletakkan di tengah-tengah kain itu. Kemudian disuruhnya tiap-tiap pemuka mengangkat tepi kain ke tempat asal hajar aswad itu. Ketika sampai ke tempatnya, maka batu suci itu diletakkan oleh Nabi Muhammad. Pada waktu itu usia nabi sudah 35 tahun dn dikenal dengan nama Al-Amin (yang dapat dipercaya).



D. Akhlak Nabi Muhammad SAW

Dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak da satupun perbuatan dan tingkah lakunya yan tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan pemuda-pemuda dan penduduk kota mekah pada umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan maka beliau diberi julukan al-Amin artinya orng yang dapat dipercaya.
Sebagai seorang manusia yang bakal menjadi pembimbing umat manusia Nabi Muhammad SAW memiliki bakat-bakat dan kemampuan jiwa besar, kecerdasan pikirannya, ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya, kecepatan tanggapannya dan kekerasan kemauannya. Segala pengalaman hidupnaya mendapat pengolahan yang sempurna dalam jiwanya. Dia mengetahui babak-babak sejarah negerinya, kesedihan masyarakat bahkan keruntuhan agama bangsanya. Pemandangan itu tidak dapat hilang dari pikirannya. Ia mulai menyiapkan dirinya (bertahannuts) untuk mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempurna. Untuk bertahannuts ini dipilihnya sebuah goa kecil bernama Hira yang terdapat di bukit Jabal Nur (bukit cahaya) yang terletak kira-kira 2/3 mil sebelah utara kota Mekah.

E. Muhammad menjadi Rasul

Ketika menginjak usia 40 tahun Nabi Muhammad SAW lebih banyak mengerjakan tahannuts daripada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama. Dalam bertahannuts kadang-kadang beliau bermimpi, mimpi yang benar (Arru’ya Ashshaadiqah).
Pada malam 17 ramadhan bertepatan dengan 6 agustus 610 M, diwaktu Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts di goa Hira datanglah malaikat Jibril a.s membawa tulisan dan menyuruh Muhammad SAW membacanya: “Bacalah” dengan terperanjat Nabi Muhammad SAW menjawab “Aku tidak dapat membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat jibril as sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan oleh jibril seraya disurruhnya Nabi Muhammad SAW membaca sekali lagi “Bacalah” tetapi Nabi Muhammad SAW masih tetap menjawab “Aku tidak dapat membaca”. Begitulah keadaan berulang sampai 3 kali dan akhirnya Muhammad SAW berkata : “Apa yang ku baca?”. Kata Jibril



Artinya   :  Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu teramat mulia.yang mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan pada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-A’laq ayat 1-5)
Inilah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Dan inilah saat penobatan beliau sebagai rasulullah / utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalah-Nya. Dengan turunnya wahyu yang pertama itu, Muhammad SAW yang telah berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun komariah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut  perhitungan tahun syamsiah. itu berarti telah dipilih Allah sebagai rasul.

F.   Tugas Nabi Muhammad SAW

Menurut riwayat selama kurang lebih 2,5 tahun lamanya sesudah menerima wahyu pertama barulah rasulullah menerima wahyu yang kedua. Dikala menunggu-nunggu wahyu yang kedua itu, Rasulullah diliputi perasaan cemas dan khawatir kalau-kalau wahyu itu putus malahan hampir saja beliau terus bertahannuts sebagaimana biasanya di goa Hira. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, beliau menengadah, tampaklah maklaikt Jibril as sehingga beliau menggigil ketakutan dan segera pulang ke rumah, kemudia meminta kepada siti khadijah supaya meyelimutinya. Dalam keadaan berselimut itu datanglah jibril menyampaikan wahyu Allah yang kedua kepada beliau yang berbunyi :




Artinya:  Hai orang yang berselimut. Banguin dan berilah peringatan! Besarkanlah (nama) Tuhanmu. Bersihkanlah pakaianmu, jauhilah perbuatan maksiat, janganlah kamu memeeberi karena hendak memperoleh yang lebih banyk. Dan hemdklah kamu bersabar untuk memenuhi perntah Tuhanmu. (Q.S Al-Mudatsir ayat 1-7).

G. Cara Nabi Muhammad SAW berda’wah

Nabi Muhammad SAW menyusun strategi berda’wah dengan cara sebagai berikut:
  1. Sembunyi-sembunyi, karena orang kafir sangat tidak senang dengan agama islam. Mereka menganggap bahwa agama yang diajarkan nabi Muhammad SAW sangat bertentangan dengan adat istiadat dan kebiasaan menyembah berhala
  2. Disampai dengan penuh hati-hati, sabar dan  menggunakan bahasa yang halus serta mudah dipahami
  3. Disampaikan secara terang-terangan .Cara ini dilakukan setelah Rasulullah Saw mendapayt wahyu dari Allah seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Hijr ayat 94-95


Artinya:  Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan beroalingah dari orag-orang musyrik.Sesungguhnya kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu).”

Dakwah secara terang-rerangan mendapat reaksi cukup keras dari pemuka dan tokoh Quraisy antara lain Abu Lahab (Abdul Uzza), Abu Jahal , Ummar bin Khattab, Uqbah bin Abi Mu’ahh, Aswad bin Abdi Jagus, Hakam bin Abil Ash, Abu Sofyan bin Harb, Ummu Jamil (istri Abu lahab).

H. Reaksi Orang-orang Quraisy

Ketika orang-orang quraisy melihat gerakan Islam serta mendengar bahwa mereka dengan nenek moyang mereka dibodoh-bodohkan dengan berhala-berhala dihina-hina, bangkitlah kemarahan mereka dan mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadap nabi dan pengikut-pengikutnya.Banyaklah pengikut-pengikut nabi yang kena siksa diluar prikemanusiaan, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena beliau masih dilindungi paman beliau Abu Thalib dan disamping itu beliau adalah keturunan Bani Hasyimyang mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam pandangan masyarakat Quraisy sehingga beliau disegani.
Pada suatu ketika, datanglah beberapa pemuka-pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminta agar dia menghentikan segala kegiatan nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan islam, dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek moyang mereka. Tuntutan mereka ini ditolak secara baik oleh Abu Thalib. Setelah mereka melihat perutusan iitu tidak berhasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk menyatakan bahwa mereka tidak dapat memnbiarkan tingkah  laku Nabi Muhammad SAW itu dan mereka mengajukan pilihan kepadanya : menghentikan ucapan-ucapan nabi Muhammad SAW atau mereka sendiri yang melakukannya. Setelah Ab Thalib mendengar ketegasan perutusan itu, timbullah rasa kekhawatiran  akan  terjadinya perpecahan dan permusuhan kaumnya, namun tak sampai hati juga ia melarang keponakannya itu. Akhirnya dipanggilnya nabi Muhammad SAW dan dia Berkata :”Wahai anakku, sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin-pemimpin kaummu. Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencefgah kamu melakukan penyiaran islam dan tidak mencela agama serta nenek moyang mereka, maka jagalah diriku dan dirimu. Jangan lah aku dibebani dengan sesuatu perkara diluar kesanggupanku”. Mendengar ucapan itu nabi Muhammad Saw mengira pamannya tidak bersedia lagi melindunginya. Beliau berkata dengan tegas :”Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakkan matahari disebelah kananku dan bulan disebalah kiriku, dengan maksud agar akueninggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia tersiar (dimuka bumi ini ) atau aku akan binasa karenaya,namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini”
Sesudah mengucapkan kata-kata itu, Nabi Muhammad SAW berpaling seraya menangis. Ketika berpaling hendak pergi itu, Abu Thalib memanggil: “Menghadaplah kemari hai anakku!” Nabi pun kembali menghadap. berkatalah pamannya: ”Panggillah dan katakanlah apa yang kamu kehendaki, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alas an apapun selama-lamanya”.

I.  Hijrah ke Habsyah (Ethiopia)

Setelah orang Quraisy merasa bahwa usaha mereka untuk melunakkan Abu Thalib tidak berhasil maka mereka melancarkan bermacam-macam gangguan dan penghinaan kepada Nabi dan memperhebat siksaan-siksaan diluar prikemanusiaan terhadap pengikut-pengikut beliau, akhirnya Nabi tak tahan melihat penderitaan sahabat-sahabatnya. Lalu menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah (Ethiopia) yang rakyatnya menganut agama Kristen dan Rasul mengetahui bahwa Raja Habsyah yaitu Najasyi dikenal adil, maka berangkatlah rombongan pertama terdiri dari 10 orang laki-laki dan  4 orang perempuan. Kemudian disusul oleh rombongan-rombongan yang lain hingga mencapai 100 orang diantaranya Utsman bin Affan beserta  istrin beliau Rukayyah(putrid Nabi), Zubern bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Dja`far bin Abu Thalib dan lain-lain.peristiwa ini terjadi pada tahun ke-5 sesudah nabi MuhammadSAW menjadi Rasul(615 M). Setibanya dinegeri Habsyah, mereka mendapat perlakuan dan perlindungan yang baik dari Rajanya.
Sementara Rasulullah tetap tinggal di Mekah, menyeru kaummnya kedalam islam walaupun gangguan bertambah sengit. Seorang demi seorang pengikut beliau bertambah, berkat rahmat Allah masukklah kedalam agama islam paqda masa ini 2 orang pemimpin Quraisy yang sangat perkasa yakni :Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Kaththab. Kedua orang ini pada mulanya penantang islam yang amat keras. Kehadiran mereka dalam barisan islam menghidupkan semangat kaum muslimin karena mereka akhirnya menjadi benteng islam.

J.  Pemboikotan Terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib

Sesudah orang Quraisy melihat bahwa segala jalan yang mereka tempuh untuk memadamkan dakwah (seruan) Nabi Muhammad SAW tidak memberi hasil karena Bani Hasyim dan Bani Muththalib (dua keluarga besar nabi Muhammad, baik yang sudah besar maupun yang belum) tetap melindungi beliau, maka mereka mencari takhtik baru untuk melumpuhkan kekuatan islam itu. Mereka mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan untuk melakukan  pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Yaitu dengan jalan memutuskan segala perhubungan. Keputusan mereka itu ditulis diatas kertas dan digantungkan di Ka`bah.
Dengan adanya pemboikotan umum ini, maka nabi Muhammad SAW dan orang-orang islam serta keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Muththalib, terpaksa menyingkir dan menyelamaykan diri keluar dari kota Mekah. Selama 3 tahun lamanya menderita kemiskinan dan kesengsaraan. Banyak diantara kaum Quraisy yang merasa sedih akan nasib yang dialami keluarga nabi itu.dengan sembunyi-sembunyi pada waktu malam hari mereka mengirimkan makanan-makanan dan keperluan lainnya kepada kaum kerabat mereka yang terasing diluar kota seperti yang dilakukan oleh Hidyam bin Amr. Akhirnya bangkitlah beberapa pemuka-pemuka Qiraisy menghentikan pemboikotan itu dan merobek-robekkan kertas pengumuman diatas ka`bah itu. Dengan itu pulihlah kembali hubungan Bani Hasyim dan Bani Muththalib dengan orang Quraisy. Akan tetapi nasib pengikut-pengikut Nabi Muhammad SAwbukanlah menjadi baik, bahkan orang-orang Quraisy lebih meningkatkan sikap permusuhan mereka.

K. Nabi Muhammad SAW  Mengalami Tahun Kesedihan

Belum lagi sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad Saw akibat pemboikotan umum itu, tibalah pula musibah yang besar menimpa dirinya, yaitu wafatnya paman beliau Abu Thalib dalam usia 87 tahun. Disaat ajal menjemputnya Nabi Muhammad Saw menangis dan menyuruh pamannya mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun pamannya enggan dan wafatlah Abu Thalib dalam keadaan kafir.
Tidak beberapa lama kemudian,disusul oleh istrinya Siti Khadijah. Kedua macam musibah terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian. Tahun ini sdalam sejarah disebut “Aamul Huzni” (tahun kesedihan).
Semenjak itu nabi Saw nampak sedih. Khaulah binti Hakim yang melihat kesedihan Nabi Saw memberi Saran agar nabi Saw menikahi Aisyah. Nabi Saw akhirnya menerima usul tersebut dan Abu Bakar, orang tua Aisyah , menyetujuinya.
Setelah Beliau melihat bahwa Mekah tidak sesuai lagi menjadi pusat dakwah islam, maka beliau berdakwah keluar kota Mekah. Negeri yang dituju ialah Thaif daerah kabilah Tsaqif. Beliau menjumpai pemuka-pemuka kabilah itu dan diajaknya mereka kepada agama Islam. Ajaran Nabi Muhammad Saw ditolak mereka dengan kasar. Nabi diusir, disorak-soraki, dan dikejar-kejar sambil dilempari dengan batu sampai berlindung dibawah pohon anggur dikebun Urba dan Syaiba (anak Rabi`a). nabi terpaksa kembali ke Mekah menuju Baitullah. Disitu beliau tawaf dan sujud berdoa, semoga Allah SWT mengampuni kaumnya dan memberi kekuatan kepadanya untuk melanjutkan risalah Tuhannya. Sesudah itu barulah beliau pulang ke rumah.

L. Nabi Muhammad SAW Mengalami Isra` dan Mi`raj

Disaat-saat menghadapi ujian yang sangat berat dan tingkat perjuangan sudah pada puncaknya ini, gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dan pengikut-pengikutnya semakin hebat, maka nabi Muhammad Saw diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra` dan Mi`raj.Isra`adalah perjalanan dimalam hari dari Mekah (Masjidil Haram) ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) di Palestina. Sedangkan Mi`raj yaitu naiknya Nabi Muhammad Saw ke langit ketujuh hungga ke Sidratul Muntaha. Disitulah beliau menerima perintah langsung dari Allah tentang shalat 5 waktu. Hikmah Allah memerintahkan Isra` dan Mi`raj kepada Nabi Muhammad Sw dalam perjalanan satu malam itu adalah untuk lebih menambah kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai rasul, yang diutus aAAllah ketengah-tengah manusia, untuk membawa risalah-Nya. Dengan demikian akan bertambahlah kekuatan bathin sewaktu menerima cobaan dan musibah serta siksaan yang bagaimanapun juga besarnya,dalam memperjuangkan cita-cita luhur ,mengajak seluruh umat manusia kepada agama Allah.
Peristiwa Isra` dan Mi`raj ini terjadi pada malam 27 Rajab Tahun ke-11 kenabian. Kejadian ini menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri, apakah mereka beriman dan percaya kepada kejadian yang mentakjubkan dan diluar akal manusia itu, yaitu perjalanan yang beratus-ratus mil serta menembus tujuh lapis langit dan hanya ditempuh dalam satu malam saja. Orang yang pertama kali percaya akan Isra` dan Mi`raj nya Nabi Muhammad Saw ini ialah Abu Bakar. Oleh karena itu rasulullah menggelarnya “as-siddiq” yang artinya membenarkan.    

M.     Orang Yatsrib Masuk Islam

Waktu musim haji tiba, daangkal ke Mekah kabilah-kabilah Arab dari segala penjuru tanah Arab. Diantara mereka itu, jemaah Khazraj dari Yatsrib. Sebagaimana biasanya setiap musim haji, nabi Muhammad menyampaikan seruan Islam kepada Kabilah-kabilah yang sedang melakukan haji. Kali ini beliau menjumpai orang-orqang Khazraj. Mereka sudah mempunyai pengertian tentang agama ketuhanan, dan kerap kali mendengar dari orang Yahudi dinegeri mereka, tentang akan lahirnya seorang Nabi pada waktu dekat. Segeralah mereka mencurahkan perhatian kepada dakwah yang disampaikan Nabi kepada mereka itu. Pada waktu itu juga mereka langsung beriman setalah yakin bahwa Muhammad itu Nabi yang telah lama mereka nanti-nantikan. Peristiwa ini merupakan titik terang bagi perjalanan risalah Muhammad Saw. Orang Khazraj yang masuk islam ini tidak lebih dari enam orang, tapi merekalah yang membuka lembaran baru sejarah perjuangan Nabi Muhammad Saw.
Setibanya mereka di Yatsrib dari Mekah, mulailah mereka menyiarkan kepada kaum kerabat mereka, tentang kebangkitan Nabi akhir zaman, Muhammad Saw yang berada di  Mekah.berkat kegiatan mereka hamper setiap rumah di Madinah, sudah mendengar dan membicarakan Nabi Muhammad Saw.
         Pada tahun ke-12 sesudah kenabian, datanglah ke Mekah di musim haji 12 orang laki-laki dan seorang wanita penduduk Yatsrib. Mereka menemui rasulullah secara rahasia di Aqabah.ditempat inilah mereka mengadakan Bai`at (perjanjian) atas dasar islam dengan Nabi. Bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, berzina, membunuh anak-anak, fitnah-memfitnah dan tidak akan mendurhakai Muhammad Saw. Perjanjian ini dalam sejarah dinamakan Bai`atul Aqabatil Ula (Perjanjian Aqabah yang Pertama), karena dilangsungkan di Aqobah untuk pertama kalinya. Dinamakan pula Bai`atun Nisaa` (Perjanjian Wanita) karena dalam Bai`at itu ikut seorang wanita bernama `Afra Binti `Abid Bin Tsalabah. Sesudah selesai pembai`atan ini, Rasulullah mengirim Mush`ab bin Umair bersama mereka ke Yatsrib untuk mengajarkan Al-Qur`an dan agama Islam. Maka agama Islam pun tersebar ke setiap rumah dan keluarga di Yatsrib,kecuali beberapa keluarga kecil orang Aus.
Pada tahun ke-13 dari kenabian, berangkatlah serombongan kaum muslimin dari Yatsrib ke Mekah untuk mengerjakan haji. Orang-orang islam itu mengundang rasul agar mengadakan pertemuan dengan mereka di Aqabah pada hari Tasysiq. Setelah selesai mengadakan upacara haji, keluarlah orang-orang isdlam dari perkemahan mereka menuju Aqabah secara sembunyi-sembunyi pada waktu tengah malam. Ditempat itulah mereka berkumpul menunggu Nabi. Jumlah mereka 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Rasulullah pun dating didampingi oleh Abbas, paman beliau, yang dimasa itu masih belum menganut agama Islam.

N. Hijrah Ke Yatsrib

Tatkala nabi Muhammad Saw melihat tanda-tanda baik pada perkembangan islam di Yatsrib itu, disuruhnyalah para sahabat-sahabatnya berpindah kesana. Berkata rasul kepada sahabat-sahabatnya : “Sesungguhnya Allah azza wajalla telah menjadikan orang-orang Yatsrib sebagai saudara-saudara bagimu dan negeri itu sebagai tempat yang aman bagimu”
Orang-orang Quraisy sangat terperanjat setelah mengetahui perkembangan islam di Yatsrib itu. Mereka merasa khawatir jika nabi Saw berkuasa di Yatsrib itu. Maka bersidanglah pemuka-pemuka Quraisy di Daarun Nadwah untuk merencanakan tindakan apakah yang akan diambil terhadap Nabi. Akhirnya mereka memutuskan bahwa nabi Muhammad harus dibunuh, demi keselamatan masa depan mereka. Untuk melaksanakan pembunuhan ini, setiap Quraisy mengirimkan seorang pemuda pilihan. Dengan demikian, bilamana Nabi Muhammad Saw berhasil dibunuh, keluarganya tidak akan mampu menuntut bela kepada seluruh suku.
Rencana keji kaum Quraisy telah diketahui oleh Muhammad Saw dan  beliau diperintahkan oleh Allah SWT agar segera pindah ke Yatsrib. Hal ini beliau beritahukan kepada sahabatnya Abu Bakar. Abu Bakar minta kepada nabi supaya diizinkan menemani beliau dalam perjalanan yang bersejarah ini. Nabi setuju, lalu Abu Bakar menyediakan persiapan untuk perjalanan ini.
Pada malam hari waktu pemuda Quraisy sedang mengepung rumah nabi dan siap akan membunuh beliau, rasulullah berkemas-kemas untuk meninggalkan rumah. Ali bin Abu Thalib disuruh menempati tempat tidur beliau supaya orang-orang Quraisy mengira bahwa beliau masih tidur. Kepada Ali, diperintahkan juga, supaya mengembalikan barang-barang yang dititipkan beliau kepada pemilikmya masing-masing. Kemudian dengan diam-diam beliau keluar dari rumah. Dilihatnya pemuda-pemuda yang mengepung rumah beliau sedang tertidur, tak sadarkan diri. “Alangkah kejinya mukamu “ kata Rasulullah Saw seraya meletakkan pasir diatas kepala mereka. Dengan sembunyi-sembunyi beliau pergi menuju rumah Abu Bakar. Kemudian mereka berdua keluar dari pintu kecil dibilakang rumah, dengan menaiki unta yang sudah disiapkan oleh Abu Bakar menuju sebuah goa di Bukit Tsuur sebelah selatan kota Mekah, lalu mereka bersembinyi didalam goa itu.
Setelah algojo-algojo itu mengetahui bahwa Nabi tidak dirumah dan terlepas dari kepungan mereka, maka mereka menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi, tetapi tidak juga bertemu. Akhirnya mereka sampai juga di goa Tsuur, tempat nabi dan Abu Bakar bersembunyi. Tetapi dengan perlindungan Allah, dimuka goa itu terdapat sarang laba-laba berlapis-lapis, seolah-olah terjadinya telah lama sebelum Nabi dan Abu Bakar masuk kedalamnya. Melihat keadaan yang demikian, pemuda Quraisy itu sedikitpun tidak menaruh curiga. Setelah 3 hari lamanya mereka bersembunyi dalam goa itu dan keadaan sudah dirasakan aman, maka nabi dan Abu Bakar (dengan petunjuk jalan oleh Abdullah bin Uraiqit) barulah meneruskan perjalanan menyusur pantai Laut Merah, dan Ali bin Abi Thalib menyusul demikian.
Adapun beberapa peperangan besar yang terjadi setelah Nabi hijrah, antara lain:
  1. Perang Badar (17 Ramadhan tahun kedua Hijrah)
  2. Peran Uhud (pertengahan Sya’ban tahun ketiga Hijrah)
  3. Perang Khandaq (pada tahun kelima Hijrah)   
Perang-perang yang terjadi sesudah Fathul Mekah, antara lain:
  1. Perang Mu’tah (bulan Jumadil Awal tahun kedelapan Hijrah)
  2. Perang Hurain
  3. Perang Tabuk

O. Yatsrib Menjadi Madinatun Nabiy

Setelah mengarungi padang pasir yang sangat luas dan sangat panas, akhirnya pada hari senin 8 Rabiul Awal tahun 1 Hijriah, tibalah Nabi Muhammad SAW di Quba, kira-kira 10km dari Yatsrib. Selama 4hari beristirahat, Nabi mendirikan sebah mesjid, yaitu mesjid Quba’, inilah mesjid pertama yang didirikan dalam sejarah islam.
Pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal 1H, atau 24 September 622M, Nabi dan Abu Bakar serta Ali bin Abi Thalib memasuki kota Yatsrib, dengan mendapatkan sambutan hangat, penuh kerinduan dan rasa hormat dari penduduknya. Pada hari itu juga Nabi mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah islam, dan beliau pun berkhutbah di hadapan kaum muslimin (muhajirin dan anshar0.  Sejak itu Yatsrib berubah namanya menjadi Madinatun Nabiy, artinya kota nabi, selanjutnya disebut madinah.

P. Tugas Nabi Muhammad SAW Selesai

  1. Haji Wada’
Haji wada’ artinya haji perpisahan, maksudnya ibadah haji pertama dan terakhir bagi Nabi Muhammad SAW. Beliau mengumumkan niatnya hendak menunaikan ibadah haji pada tahun kesepuluh hijriah, tepanya tanggal 2 Zulkaedah, karena baru tahun itu kaum muslimin dapat kebebasan dan kesempatan menunaikan ibadah haji sepenuhnya sesuai dengan ajaran islam.
Oleh karena jumlah kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji wada’ tahun itu luar biasa banyaknya (±100000 orang) maka perlu seorang amirul hajj, artinya pemimpin pelaksanaan ibadah haji. Amirul hajj tahun itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri, sekaligus untuk mengajari kaum muslimin cara melakkan manasik haji.
Pada saat itulah beliau menyampaikan khutbah kepada ribuan jemaah haji. Dlam khutbah beliau menyampaikan beberapa hal penting, diantaranya:
1.      Akidah islam, agama yang benar disisi Allah
2.      Agar memiliki, memelihara dan menumbuhkan akhlak mulia untuk diri sendiri dan terhadap orang lain
3.      Agama mempererat tali persaudaraan sesame manusia terutama umat islam
4.      Turunnya wahyu terakhir pada surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi


Artinya: “  Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku ridhai islam itu jadi agama bagimu”.
Dalam khutbah itu akhirnya beliau menyatakan:
“Hai kaum muslimin, dengarkanlah apa yang hendak ku katakan mungkin sehabis tahun ini, aku tidak bertemu lagi dengan kalian dalam keadaan sepeti ini, di tempat ini untuk selama-lamanya…”

  1. Pesan Akhir
Pesan akhir Rasulullah:
Hai kaum muslimin, ku panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWt yang tiada tuhan selain Dia. Barang siapa diantara kalian yang pernah ku pukul punggungnya, inilah punggungku. Sekarang aku siap menerima pembalasan! Barang siapa yang pernah ku cemarkan kehormatannya, sekarang aku bersedia dicemarkan kehormatanku sebagai pembalasan. Dendam kesumat bukanlah menjadi tabiatku dan tidak terdapat pada diriku. Aku sangat menyukai orang yang mengambil haknya dariku, kalau memang dia mempunyai hak atas sesuatu yang ada padaku, pasti akan ku berikan, agar aku merasa lega pada saat bertemu denan Allah SWT nanti.”
Pesan akhir lainnya terdapat dalam hadis-hadis yang isinya antara lain:
1.      Agar umat islam mempedomani Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah. Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan pada kamu, apabila kamu berpegang teguh dengannya kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu dua perkara: kitabullah dan sunnah nabimu. Hai manusia! Dengarlah apa yang aku ucapkan kepadamu, niscaya kamu hidup (baik) dengannya.”
2.      Harta warisan dan pengganti beliau

  1. Nabi Muhammad SAW Wafat
Rasulullah SAW mulai menderita sakit keras pada hari-hari terakhir bulan Safar tahun kesebelas H. pada mulanya beliau merasa kepala pusing tetapi untuk beberapawaktu lamanya beliau dapat menahannya dengan tenang. Namun keadaan itu makin lama dirasakannya semakin berat sehingga belaia tidak dapat keluar rumah.
Para istri beliau sepakat, Rasulullah SAW dipindahkan ke rumah Siti Aisyah. Beliau meninggalkan tempat kediaman Siti Aminah, dipapah oleh Al Fadhl ‘Abbas dan Ali bin Abi Thalib. Ketika itu penyakit yan diderita beliau sudah melemahkan kekuatan tubuhnya. Beliau tak sanggup lagi berjalan seperti biasa.
Tambah hari penyakit beliau makin keras dan suhu badannya bertambah tinggi. Beliau minta kepada keluarganya supaya diambilkan air untuk mendinginkan badannya.
Setelah Rasulullah SAW merasa berkurang panas badannya, beliau memanggil Al Fadhl, saudara misannya anak lelaki Abbas. Kepadanya beliau meminta supaya digendong. Beliau tampak sangat letih dan menggunakan kerudung kepala, segera masuk ke dalam mesjid. Kemudian duduk diatas mimbar. Beliau minta supaya memanggil jemaah berkumpul.
Siang hari itu kaum muslimin dicekam perasaan sedih, semuanya mengarahkan mata dengan penuh perhatian kepada seorang pemimpin, utusan Allah SWT yang telah mengeluarkan mereka dari kegelapan ke cahaya terang. Mereka sedih melihat keadaaan Rasulullah SAW semakin lemah.
Rasulullah SAW merasa penyakitnya bertambah berat. Puteri beliau, Fatimah tidak dapat menahan kesedihan melihat penderitaan ayahandanya, kemudian berkata: “Alangkah berat penderitaan ayah”. Beliau menjawab: “Anakku, sesudah hari ini ayah tidak akan menderita lagi!”.
Keesokan harinya, Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H bertepatan dengan 9 Juni 632 M, Rasulullah SAW kembali kehadirat Allah SWT dalam uisia 63 tahun. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar