BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak dan lemak
berperan sangat penting dalam gizi kita terutama karena merupakan sumber energi,
cita rasa, serta sumber vitamin A,D, E dan K.
Lemak dan minyak termasuk dalam salah satu golongan lipid, yaitu lipid netral.
Lemak dan minyak dapat di konsumsi dan sumbernya dapat berasal dari hewani dan
nabati. Lemak dan minyak nabati
merupakan lemak dan minyak yang bersal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan lemak dan
minyak hewani berasal dari hewan. Lemak yang pada suhu kamar berupa cairan,
lazim disebut minyak. Minyak biasanya berasal dari tumbuhan seperti minyak
kelapa, minayak jagung dan minyak zaitun.
Minyak adalah salah satu kelompok yang
termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya
dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya
yang polaritasnya sama.Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau
triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi minyak juga
merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat dan
gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
Wujud lemak
berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang berbentutk cair (minyak)
banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang berbentuk padat
lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh mempunyai titik cair
yang lebih tinggi dari pada asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak memiliki
sifat kelarutan yang sama, yaitu nonpolar.Dilihat
dari asalnya terdapat dua golongan besar minyak: minyak yang dihasilkan
tumbuh-tumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak hewani), dan minyak yang
diperoleh dari kegiatan penambangan (minyak bumi)
1.2 Rumusan Masalah
ü Bagaimana
cara proses-proses Pemurnian Minyak dan Lemak?
ü Apa
tujuan dari proses Pemurnian Minyak dan Lemak?
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan makalah ini kami berharap teman-teman
sekalian dan terutama kami sebagai kelompok 2 dapat mengerti tentang proses
pemurnian minyak dan lemak, Proses pemurnian minyak dan lemak diantara nya
ialah proses degumming, proses netralisasi, proses bleaching, proses
fraksionasi, proses hidrogenasi,proses deodorisasi, proses rendering, proses
winterisasi, proses interestirifikasi. semoga materi yang saya sajikan ini
sangat bermanfaat dan kita semua dapat mengerti tentang segala sesuatu tentang proses
pemurnian minyak dan lemak. Dan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi nilai
mata kuliah proses pemurnian minyak dan lemak,semoga ibu memberi nilai yang
terbaik
BAB
II
ISI
2.1 Proses Pemurnian
Minyak dan Lemak
Adapun
proses – proses pemurnian minyak dan lemak adalah:
1.Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam
lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock).
Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang
dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan proses netralisasi adalah untuk
menghilangkan asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
v
Ada beberapa
cara netralisasi, yaitu:
§ Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
Efisiensi
netralisasi dinyatakan dalam refining factor, yaitu perbandingan
antara kehilangan karena netralisasi dan jumlah asam lemak bebas dalam lemak
kasar. Sebagai contoh ialah netralisasi kasar yang mengandung 3% asam lemak
bebas, menghasilkan minyak netral dengan rendemen sebesar 94%, maka akan
mengalami kehilangan total (total loss) sebesar (100-94)% = 6%.
refining factor
=
Makin kecil
nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan
menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak
bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya
emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan 6minyak netral
dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.
Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi larutan alkali yang
digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut:
a. Keasaman
dari Minyak Kasar.
Konsentrasi
dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah asam lemak bebas atau derajat
keasaman minyak. Makin besar jumlah asam lemak bebas, makin besar pula
konsentrasi alkali yang digunakan. Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam
lemak bebas dalam minyak (sebagai asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik
soda Kristal, atau untuk menetralkan 1 ton minyak yang mengandung 1% asam lemak
bebas (10 kg asam lemak bebas) dibutuhkan sebanayk 1,42 kg kaustik soda
Kristal. Pada proses netralisasi perlu ditambahkan kaustik soda berlebih yang
disebut excess dari jumlahnya terantung dari sifat-sifat khas minyak:
misalnya untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 – 0,2% kaustik soda didasarkan pada
berat minyak.
b.
Jumlah Minyak Netral
(Trigliserida) yang Tersabunkan Diusahakan Serendah Mungkin.
Makin
besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka kemungkinan jumlah
trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula sehingga angka refining
factor bertambah besar.
c. Jumlah
Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock.
Makin encer larutan kaustik soda, maka
makin besar tendensi larutan sabun untuk membentuk emulsi dengan trigliserida.
Umumnya minyak yang mengandung kadar asam lemak bebas yang rebdah lebih beik
dinetralkan dengan alkali encer (konsentrasi lebih kecil dari 0,15 N atau 5oBe),
sedangkan asam lemak bebas dengan kadar tinggi, baik dinetralkan dengan larutan
alkali 10-24oBe. Dengan menggunakan larutan alkali encer,
kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan tetapi
kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak akan membentuk
emulsi.
d. Suhu Netralisasi.
Suhu
netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap stock) yang
terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan cepat. Pengendapan yang
lambat akan memperbesar kehilangan minyak karena sebagian minyak akan diserap
oleh sabun.
e. Warna
Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang
digunakan, makin besar jumlah larutan yang dibutuhkan untuk netralisasi dan
minyak netral yang dihasilkan berwarna lebih pucat.
§ Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)
Keuntungan
menggunakan persenyawaan karbonat adalah karena trigliserida tidak ikut
tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat diperkecil. Suatu
kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yang terbentuk sukar
dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari
karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak.
Netralisasi
menggunakan natrium karbonat biasanya disusul dengan pencucian menggunakan
kaustik soda encer, sehingga memperbaiki mutu, terutama warna minyak. Hal ini
akan mengurangi jumlah absorben yang dibutuhkan pada proses pencucian. Pada
umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan di bawah suhu
50
C, sehingga seluruh asam lemak
bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam
karbonat, dengan reaksi sebagai berikut: Pada pemanasan, asam karbonat yang
terbentuk akan terurai menjadi gas CO2 dan H2O. gas CO2
yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun yang terbentuk dan mengapungkan
partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas tersebut dapat dihilangkan dengan
cara mengalirkan uap panas atau atau dengan cara menurunkan tekanan udara di
atas permukaan minyak dengan pompa vakum.Cara netralisasi adalah dengan minyak
dinetralkan, dipanaskan pada suhu 35-40oC dengan tekanan lebih
rendah dari 1 atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium karbonat,
kemudian diaduk selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm.
Kemudian kecepatan pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum diperkecil
selama 20-30 menit. Dengan cara tersebut, gas CO2 yang terbentuk
akan menguap dan asam lemak bebas yang tertinggal dalam minyak kurang lebih
sebesar 0,05%. Sabun yang terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam,
misalnya natrium sulfat atau natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas.
Setelah sabun dipisahkan dari minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan.
Minyak
dalam sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara menyaring
menggunakan filter press. Asam lemak bebas yang telah membentuk sabun
(soap stock) dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan
dengan asam mineral.
Keuntungan netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun
yang terbentuk bersifat pekat dan mudah dipisahkan, serta dapat dipakai
langsung untuk pembuatan sabun bermutu baik. Minyak yang dihasilkan mmlebih
baik, terutama setelah mengalami proses deodorisasi. Di samping itu
trigliserida tidak ikut tersabunkan sehingga rendemen minyak netra yang
dihasilkan lebih besar. Kelemahannya adalah karena cara tersebut sukar
dilaksanakan dalam praktek, dan di samping itu untuk minyak semi drying
oil seperti minyak kedelai, sabun yang terbentuk sukar disaring karena adanya
busa yang disebabkan oleh gas CO2.
§ Netralisasi Minyak dalam Bentuk “miscella“
Cara
netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan menggunakan pelarut
menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan campuran antara
pelarut dan minyak disebut miscella. Asam lemak bebas dalam miscella
dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik soda atau natrium karbonat.
Penambahan bahan kimia tersebut ke dalam miscella yang mengalir dalam
ketel ekstraksi, dilakukan pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut.
Sabun yang terbenuk dapat dipisahkan dengan cara menambahkan garam, sedangkan
minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara penguapan.
§ Netralisasi dengan Etanol Amin dan Amonia
Etanol
amin dan ammonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada
proses ini asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida,
sedangkan ammonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock
dengan cara penyulingan dalam ruang vakum.
§ Pemisahan Asam (de-acidification) dengan Cara
Penyulingan
Proses
pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam lemak
bebas, langsung dari minyak tanpa mereaksikannya dengan larutan biasa, sehingga
asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling terlebih
dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Selanjutnya
minyak tersebut dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyuling, dengan letak
horizontal.
Gambar 1 : Proses
Netralisasi secara kontinu
2. Pemucatan
(Bleaching)
Bleaching atau pemucatan merupakan
proses untuk memperbaiki warna minyak. Proses ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Misalnya pada minyak ikan tertentu, terutama minyak hasil samping
penepungan ikan, kadang-kadang tidak menarik sehingga kenampakannya harus
diperbaiki melalui proses pemucatan. Warna minyak ikan juga disebabkan oleh
asam lemak bebas beraksi membentuk senyawa berwarna. Adanya logam bebas seperti
Fe mempercepat proses perubahan warna tersebut. Konsumen umumnya menghendaki
minyak yang bening dan jernih sehingga pada minyak ikan tertentu harus
dilakukan proses pemucatan.
v Adapun Komponen Pengotor yang Dihilangkan adalah:
Tujuan utama proses bleaching adalah menghilangkan
warna dari minyak. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi komponen
minor lainnya seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam berat. Selain
itu, pemucatan juga dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak seperti
peroksida, aldehida dan keton. Pada proses pemucatan hanya sedikit komponen
yang dihilangkan. Biasanya pemucatan dilakukan setelah proses pemurnian alkali.
Zat-Zat Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi:
a. Senyawaan
Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi
mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggi pula. Keberadaan Sulfur dalam
minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena
terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran
gasoline) dan air.
b. Senyawaan
Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak
bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi.
Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara.
Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat,
keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol.
Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam
alifatik.
c. Senyawaan
Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak
bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe
Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk
gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi
titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang
relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang
mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral
encer.
d. Konstituen
Metalik
Logam-logam
seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic
cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk
gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator
temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam
terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan
dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik
lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
v Pemucatan minyak dengan adsorben
Absorben
yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat (bleanching
earth) dan arang (bleanching carbon). Zat warna dalam minyak akan diserap oleh
permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta
hasil degradasi minyak, misalnya peroksida.Pemucatan minyak menggunakan
adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap. Minyak
yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu sekitar 1050C, selama 1 jam.
Penambahan absorben pada saat minyak mencapai suhu sekitar 70-800C dan jumlah
absorben kurang lebih sebanyak 1.0 – 1.5 persen dari berat minyak. Selanjutnya minyak
dipisahkan dari absorben dengan cara penyaringan menggunakan kaen tebal atau
dengan cara pengepresan dengan filter press. Minyak yang hilang karena proses
tersebut kurang lebih 0.2 – 0.5 persen dari berat minyak yang dihasilkan
setelah proses pemucatan.
v Macam-macam adsorben
a.Bleancing Clay (Bleaching Earth)
Bahan
pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dari
SiO2, Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnetsium oksida dan besi oksida.
Jumlah absorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung
dari macam dan tipe warna dalam minyak sampai berapa jauh warna tersebut akan
dihilangkan.Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika absorben
tersebut mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel
halus dan pH absorben mendekati netral.
b.Arang
Arang
merupakan bahan padat yang berpori-pori dan umumnya diperoleh dari hasil
pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur carbon (C).Umumnya arang
mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi
tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau
bahan kimia.
Pada umumnya pengarangan dilakukan pada
suhu 300-500C. S
uhu pengarangan pada ruangan tanpa
udara dilakukan pada suhu 600-7000C. Pada proses pengarangan akan terjadi
penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi
peristiwa eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses pengarangan.
Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan arang yang
bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
c. Arang Aktif (activated carbon)
Aktivitas
karbon bertujuan untuk memperbesar luasan permukaan arang dengan membuka
pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas absorben terhadap zat
warna.Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat
organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon, abu, air, persenyawaan yang
mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
pengaktif adalah : HNO3, H3PO4, Sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca(PO4)2, NaOH,
Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3 dan uap air pada suhu tinggi.
Unsur-unsur
mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap kedalam arang dan
membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas
permukaan yang aktif bertambah besar.Persenyawaan hidrokarbon yang menutupi
pori-pori yang dapat dihilangkan dengan cara oksidasi membuka oksidator lemah
seperti CO2 yang disertai dengan uap air. Dengan cara tersebut atom karbon
tidak mengalami proses oksidasi.Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari
luasan permukaan partikel, ukuran partikel, volume dan luas penampung kapiler,
sifat kimia permukaan arang, sifat arang secara alamiah, jenis bahan pengikat
yang digunakan dan kadar air.
v Mekanisme adsorbsi zat warna oleh
arang
Adsorbsi
adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan yang tergantung dari
specifik affinity antara adsorben dan zat yang di adsorbsi.
Daya adsorbsi arang aktif disebabkan
karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, dan adsorbsi akan terjadi
karena adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan zat yang
diserap.Berdasarkan adanya perbendaan energipotensial, maka jenis adsorbsi
terdiri dari adsorbsi listrik, adsorbsi mekanis, adsorbsi kimia dan adsorbsi
termis. Sifat adsorbsi tersebut masing-masing disebabkan karena perbedaan
muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan potensial sifat kimia
dan perbedaan potensial karena panas.
Keuntungan
menggunakan arang aktif sebagai bahan pemucat minyak ialah karena lebih efektif
untuk menyerap warna dibandingkan dengan blanching clay, sehingga arang aktif
dapat digunakan dalam jumlah kecil. Arang yang digunakan sebagai bahan pemucat
biasanya berjumlah lebih kurang 0.1 - 0.2 persen dari berat minyak. Arang aktif
dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi jumlah
perioksida sehingga memperbaiki mutu minyak.
Keburukannya
adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan minyak yang tertinggal dalam activated clay, dan proses
oksidasi terjadi lebih cepat pada minyak yang dipucatkan dengan menggunakan
arang aktif (activated carbon).
v Ekstraksi minyak yang tertinggal
dalam absorben
Cara
yang sederhana untuk mengekstraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben adalah
mencampurkan absorben tertentu dengan bahan yang akan diekstraksi
minyaknya.Pemisahan minyak dengan menggunakan surface active agentSurvace
active agent yang digunakan adalah larutan alkali. Lemak dipisahkan dalam
absorben dengan menggunakan larutan alkali encer yang dipanaskan pada suhu air
mendidih (kira-kira 1000C) dengan tekanan 1 atmosfer. Larutan alkali dengan
tegangan permukaan yang lebih rendah dan daya pembasah yang lebih besar akan
memcuci minyak yang tergabung dalam adsorben. Minyak yang diperoleh lebih
kurang sebanyak 70-75 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben.
v Ekstraksi dengan pelarut organik
Pelarut
organik dapat melarutkan dan mencuci minyak yang terdapat dalam adsorben,
selanjutnya pelarut organik tersebut dipisahkan dari minyak dengan cara
penyulingan pada suhu titik didih pelarut organik yang digunakan. Jika
dibandingkan dengan cara pemisahan minyak menggunakan surface active agent,
maka penggunaan pelarut organik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
-Minyak
yang dihasilkan mutunya lebih baik dan kadar minyak yang diperoleh mencapai
90-95 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben.
-Pengaruh
uap air dan oksigen udara dapat dihindarkan sehingga kecil kemungkinan terjadinya
proses hidrolisa dan oksidasi minyak. Kontak minyak dengan oksigen udara perlu
dihindarkan terutama pada minyak yang mudah mengering (drying oil), karena
minyak tersebut jika dioksidasi pada suhu tinggi akan membentuk persenyawaan
polimer yang berwarna gelap.
v Pemucatan minyak dengan bahan kimia
Cara
pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan
(edible fat), karena pemucatan kimia lebih baik dibandingkan menggunakan
absorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah karena
hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat warna dapat diubah menjadi
zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya adalah karena
kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida, sehingga menurunkan
flavour minyak.
a) Pemucatan dengan cara oksidasi
Oksidasi
terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan tetapi asam
lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena proses
oksidasi dan polimerisasi.Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
pemucat secara oksidasi adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, clorine
dan clorine dioksida.
b) Pemucatan dengan dikromat dan asam
Bahan
kimia yang digunakan adalah natrium atau kalium dikromat dalam asam mineral
(anorganik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen. Oksigen
bebas bereaksi dengan asam klorida (HCl) dan menghasilkan klor (Cl2) yang
berfungsi sebagai bahan pemucat, Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya
diaduk. Zat warna akan mengendap setelah pengadukan dihentikan. Pada umumnya
warna ungu dalam minyak tidak dapat hilang, sehingga cara pemucatan dikromat
banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat
yang terbuat dari logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi
tersebut dapat menimbulkan karat pada logam.
c) Pemucatan dengan panas
Pemanasan
minyak dalam ruangan vacum pada suhu relatif tinggi, mempunyai pengaruh
pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen
klorofil. Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak terlebih dahulu
dibebaskan dari ion logam, terutama ion besi, sabun (soap stock) dan
hasil-hasil oksidasi seperti perioksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan
tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi.
d) Pemucatan dengan cara reaksi reduksi
Pemucatan
minyak dengan reaksi reduksi kurang efektif seperti halnya pemucatan dengan
cara oksidasi, karena warna yang hilang dapat timbul kembali jika minyak
tersebut terkena udara.Bahan kimia yang dapat mereduksi zat warna terdiri dari
garam-garam natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit yang dikenal dengan nama
blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya dicampur dengan bahan kimia lain
dengan perbandingan tertentu.
v Mekanisme
proses pemucatan (bleaching)
Pada proses pemucatan CPO menggunakan
bleaching earth dengan kadar antara 0.5% hingga 2.0% dari massa CPO (Young,
1987). Bleaching earth merupakan bahan aktif yang digunakan untuk menghilangkan
atau menjerap pigmen warna yang terdapat didalam CPO sehingga dihasilkan minyak
yang lebih jernih. Bleaching earth yang digunakan di industri ada beberapa
jenis antara lain, bentonit, activated clay dan arang aktif. Industri pemurnian
CPO di Indonesia umumnya menggunakan Ca-bentonit sebagai bleaching agent.
Kebutuhan akan bleaching earth khususnya bentonit setiap tahun semakin
meningkat dengan berkembangnya industri minyak nabati, namun disisi lain
bentonit tidak dapat diperbaharui.
Pada umumnya
industri minyak akan membuang spent bleaching earth pada suatu lahan. Tingginya
kandungan minyak nabati pada spent bleaching earth sangat potensial untuk
dimanfaatkan sehingga perlu dilakukan recovery, selain itu spent bleaching
earth dapat dilakukan proses regenerasi untuk digunakan kembali dalam proses
pemurnian minyak nabati. Limbah dari proses pemucatan minyak terdiri dari dua
komponen utama yaitu minyak dan bentonit. Adapun minyak hasil recovery dapat
digunakan menjadi metil ester (biodiesel), hal tersebut dikarenakan minyak
sudah tidak lagi food grade artinya minyak sudah rusak (Young, 1987). Selain
itu pemanfaatan bentonit setelah recovery ialah untuk penggunaan kembali pada
proses pemucatan minyak dan juga untuk bahan baku briket. Pemanfaatan tersebut
sangat baik karena potensi limbah yang sangat tinggi dengan seiring
perkembangan industri pemurnian minyak sawit.
(Kheang et
al) telah melakukan penelitian mengenai proses pengambilan minyak dari spent
bleaching earth (WAC dan NC) dengan dua metode yaitu solvent extraction (hexan)
dan supercritical extraction (SC-CO2). Penelitian tersebut menunjukan bahwa
kandungan minyak yang didapatkan dengan metode solvent extraction lebih besar
dibanding supercritical extraction (SC-CO2) yaitu sebesar 30% (WAC).
Pemanfaatan limbah industri. pemurnian minyak sangat penting dilakukan terkait
dengan besarnya potensi limbah yang dihasilkan dan semakin pesatnya pertumbuhan
industri pemurnian minyak. Rendemen minyak yang dihasilkan dari proses recovery
dengan 2 jenis pelarut organik berkisar antara 16 sampai 21.74 % dari bobot
limbah. Pelarut isopropanol memberikan nilai rendemen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan n-hexan yaitu berkisar antara 18.75 sampai 21.74 %
sedangkan n-hexan berkisar antara 16.11 sampai 17.74 %.Kepolaran pelarut
organik selain berpengaruh terhadap rendemen juga berpengaruh terhadap
kejernihan minyak. Nilai transmitten minyak (faktor pengenceran 100 kali) pada
panjang gelombang 500 nm untuk minyak yang dihasilkan dari ekstraksi dengan
menggunakan isopropanol berkisar antara 15.85 sampai 27.9 % sedangkan pada
minyak hasil ekstraksi dengan n-hexan berkisar antara 87.45 sampai 93.55 %.
Kadar asam lemak bebas pada minyak hasil recovery ini berkisar antara 13.15 –
20.9 % untuk semua jenis perlakuan. Bilangan peroksida minyak tidak terdeteksi
untuk semua jenis perlakuan. Kadar abu yang terdapat pada minyak hasil recovery
umumnya sangat kecil, untuk keseluruhan perlakuan bernilai kurang dari 1%.
Nilai pH SBE setelah recovery berkisar antara 3.21 sampai 3.43. Bleach power
bentonit hasil recovery ditunjukan dengan nilai % T pada minyak yang dipucatkan
oleh bentonit tersebut. Nilai transmitten minyak (faktor pengenceran 50 kali)
pada panjang gelombang 500 nm pada bentonit hasil recovery dengan isopropanol
memiliki nilai antara 77.05 sampai 80 % sedangkan bentonit hasil recovery
dengan n-hexan berkisar antara 60.35 sampai 63.5 %.
Gambar 2 : Proses Bleaching secara kontinu
3. Deguming
Degumming merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
menghilangkan fosfatida, wax, dan pengotor lainnya dengan cara penambahan air,
larutan garam, atau larutan asam. Degumming mengkonversi fosfatida menjadi gum
terhidrasi yang tidak larut dalam minyak dan selanjutnya akan dipisahkan dengan
cara filtrasi atau sentrifugasi. Pada pabrik sederhana, degumming dilakukan
dengan cara memanaskan CPO hingga temperatur 90-130
C dimana temperatur ini adalah temperatur yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi CPO dengan asam fosfat. Setelah itu, CPO
dipompa ke dalam mixer statis dengan penambahan 0,35-0,45 kg/ton CPO.
Pengadukan yang terus-menerus di dalam mixer bertujuan untuk menghilangkan gum.
Proses ini akan mempermudah penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya
sehingga ukuran deodorizer tidak terlalu besar.
Gambar 3 :
Proses Degumming secara kontinu
4.
Deodorisasi
Deodorisasi
adalah suatu tahap proses pemurnian minyak dan lemak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa ( flavour ) yang tidak disukai konsumen menggunakan
cara destilasi dengan suatu aliran uap pada tekanan vakum serta suhu yang
semakin tinggi (150ºC -250ºC). Tekanan uap zat-zat yang berbau adalah sangat
rendah hingga dengan suhu yang sangat tinggi baru dapat diuapkan dengan tekanan
atmosfer. Tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat merusak minyak dan lemak. Oleh
karena itu vakum yang tinggi dan aliran gas inert untuk menggurangi suhu hingga
dibawah suhu proses kerusakan sangat diperlukan.
Deodorisasi didasarkan
pada perbedaan volalitas (kemudahan menguap)antara minyak ( trigliserida)
dengan komponen pengotor yang tidak diinginkan ini mempengaruhi aroma, rasa,
warna, dan stabilitas minyak. Faktor yang penting pada proses deodorisasi,
adalah jumlah minyak, jumlah komponen volatil, jumlah uap yang dipakai, dan
besar tekanan dalam proses.
v
Mekanisme proses deodorisasi
Minyak diberi perlakuan vakum dan
diagitasi : Deodorisasi dilakukan dalam alat yang bernama deodorizer. Pada alat
ini minyak diberi perlakuan vakum dan suhu ditingkatkan disertai pengadukan dan
pengaliran gas. Gas yang digunakan adalah uap air panas. Kondisi vakum
menyebabkan komponen volatil menguap dan mengurangi gas yang dibutuhkan.
Kondisi vakum juga berperan mengurangi oksidasi minyak dan hidrolisis
trigliserida jika gas yang digunakan adalah uap air panas. Setelah minyak
dideodorisasi, karena dalam proses deodorisasi ini dilakukan pemanasan, proses
pendinginan minyak harus segera dilakukan. Proses deodorisasi dinyatakan mulai
berlangsung jika jumlah tekanan uap dan jumlah tekanan zat menguap telah sama
dengan permukaan minyak dan lemak. Makin rendah tekanan, makin rendah pula suhu
deodorisasi sehingga dengan demikian vakum yang baik sangat berpengaruh dalam
proses.
Tabel suhu deodorisasi campuran asam lemak pada tekanan berbeda-beda:
Asam lemak pada
|
P= 5 mm Hg – 8 mm Hg
(ºC)
|
P= 20 mm Hg (ºC)
|
Minyak Kacang Tanah
|
210 – 220
|
230 – 240
|
Minyak Kedelai
|
210– 220
|
230 – 245
|
Minyak
Biji Kapas
|
215- 225
|
235 – 250
|
Minyak
Zaitun
|
210 – 220
|
230 – 240
|
Minyak
Kelapa sawit
|
210 – 215
|
225 – 235
|
Minyak
Kelapa
|
200 -210
|
215 – 230
|
Minyak
diberi aliran gas biasanya uap air : uap panas dimasukkan ke dalam tangki
(stripping). Pemasukan uap tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi penguapan
senyawa-senyawa volatil agar dapat menguap pada suhu yang lebih rendah.
Gelembung-gelembung uap akan naik melalui minyak dan keluar dari lingkungan
minyak membawa serta komponen-komponen yang konsentrasinya tergantung pada
tekanan parsial masing-masing komponen.
Gambar 4: alat Continuous Evaporator/Stripper
Alat ini
dirancang untuk pemisahan zat volatile dan non-volatil dengan tekanan yang
vakum. Alat tersebut dapat digunakan untuk:
ü Memisahkan
pelarut dari polimer, surfaktan, coating industri, lemak, lilin, dan
minyak sayuran
ü Dehidrasi
peroksida organik atau bahan organic lain yang mudah terbakar
ü Pemurnian
aromatic, tokoferol, alkil fenol, ester, dan oleokimia
ü Daur ulang
pelarut, alcohol, dan keton
ü Deodorisasi
polimer, aditif, agrokimia, minyak ikan, dan minyak sayur
Prinsipnya
adalah volatilitas, minyak yang akan dimurnikan dipanaskan dengan uap, sehingga
bau tak sedap yang volatil akan dengan mudah menguap terlebih dahulu kemudian
dikondensasikan untuk dibuang.
v Macam-macam
sistem yang digunakan
A. Deodorisasi
sistem batch
Tipe
ini paling banyak digunakan dalam industri minyak dan lemak. Dalam proses ini
minyak dipanaskan hingga mencapai suhu 150-250ºC. Selain uap, untuk memanaskan
minyak dan lemak yang diproses pada suhu 170-190ºC, dapat pula digunakan
“dowtherm vapour” yang dapat memanaskan minyak pada suhu 220-250ºC. Dowtherm
vapour adalah suatu campuran “entecticum”. Diphenyl oxide dengan rasio 26,5 –
73,5%. Titik cair campuran ini 12 ºC dan mendidih pada 258 ºC dalam tekanan
atmosfir.
Tekanan yang
umum dipakai dalam deodorisasi adalah 4 mm Hg – 6 mm Hg, keadaan ini dapat
dipertahankan dengan suatu sistem, menggunakan 3 tingkatan unit vakum dengan
sistem vakum ini dan suhu proses 215 – 220 0C, deodorisasi akan
berlangsung selama 4 – 4,5 jam. Sistem pipa pemanas / pendingin sangat
mempengaruhi keberhasilan degradasi. Hal penting yang harus diingat dalam
mendesain pipa dalam adalah:
ü Coil
harus mempunyai permukaan yang luas sehingga mampu memanaskan minyak dan lemak
sampai 180 0C dalam waktu 30 menit.
ü Dapat
dengan mudah dipasang dan dibongkar jika perlu perbaikan.
ü Dapat
dialiri air dengan lancar.
B. Deodorisasi
sistem continous
Pada sistim ini minyak dialirkan dari
bagian atas ke bagian bawah sehingga suhu pemanasan minyak makin ke bawah makin
tinggi, dengan demikian pemanasan minyak dapat berjalan dengan cepat tetapi
kurang cukup untuk minyak-minyak tertentu. Sehingga cara ini hanya dianjurkan
untuk memproses minyak dan lemak yang bau alaminya masih dikehendaki.
Deodorisasi
Minyak sawit yang keluar dari proses pemucatan mengandung aldehida, keton,
alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, dan bahan lain hasil
dekomposisi peroksida dan pigmen. Walaupun konsentrasi bahan-bahan tersebut
kecil, bahan-bahan tersebut dapat terdeteksi oleh rasa dan aroma minyaknya.
Bahan-bahan tersebut lebih volatil pada tekanan rendah dan temperatur tinggi.
Proses deodorisasi pada intinya adalah distilasi uap pada keadaan vakum.
Distilasi uap pada tekanan vakum untuk menguapkan aldehid dan senyawa aromatik
lainnya menggunakan prinsip hukum Raoult. Sebelum masuk ke dalam alat
deodorisasi, minyak yang sudah dipucatkan dipanaskan sampai 210-250
C. Alat deodorisasi beroperasi
dengan 4 cara, yaitu :
1. deaerasi
minyak,
2. pemanasan
minyak,
3. pemberian
uap ke dalam minyak,
4. dan
pendinginan minyak.
Di
dalam kolom, minyak dipanaskan sampai 240-280
C dalam kondisi vakum. Manfaat
pemberian uap langsung menjamin pembuangan sisa-sisa asam lemak bebas,
aldehida, dan keton.
Gambar
5 : Proses Deodorisasi secara kontinu
5.Hidrogenasi
Hidrogenasi
merupakan proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambah hidrogen
pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidak
jenuhan minyak atau lemak.Proses hidrogenasi, terutama bertujuan untuk membuat
minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan
rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan
kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan
minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi.
6.Fraksionasi
Proses fraksionasi dibutuhkan untuk memisahkan
trigliserida yang memiliki titik leleh lebih tinggi sehingga minyak sawit tidak
teremulsi pada temperatur rendah. Proses fraksionasi dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu fraksinasi kering, fraksionasi basah, dan fraksionasi dengan solvent. Pada fraksinasi
kering, minyak sawit didinginkan perlahan dan disaring untuk memisahkan
fraksi-fraksinya. Pada fraksionasi basah, kristal pada fraksi stearin dibasahi dengan
menggunakan surfaktan atau larutan deterjen. Pada fraksionasi dengan solvent, minyak sawit
diencerkan dengan menggunakan solvent seperti heksan, aseton, isopropanol, atau
n-nitropropan. Proses fraksionasi kering lebih disukai karena lebih ramah
lingkungan. Fraksionasi dilakukan untuk mendapatkan minyak dengan kestabilan
dingin yang baik. Titik leleh merupakan suatu indikasi jumlah unsaturated
fatty acid dan asam lemak yang memiliki rantai pendek. Titik leleh akan
meningkat seiiring dengan bertambahnya panjang rantai dan dan menurun seiiring dengan bertambahnya jumlah unsaturated
bond.
Gambar 6 : Proses penyulingan minyak kelapa sawit
7. Rendering
Rendering
merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara
rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan
untuk menggumpalkan protein pada diding sel bahan dan untuk memecahkan dinding
sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung
didalamnya.
1.Wet Rendering
Wet
rendering merupakan proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan dengan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam
proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau
lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi
dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
berlahan-lahan sampai suhu 500C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan
temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan wet rendering dengan
menggunakan temperatur suhu yang tinggi disertai tekanan uap air, dipergunakan
untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
2.Dry
Rendering
Dry rendering merupakan cara
rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering
dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta
alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak
dimasukan ke dalam ketel tanpa menambah air. Bahan tadi dipanaskan sambil
diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200F sampai 2300F (1050C-1100C). Ampas
bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak
atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
8.
Winterisasi
Winterisasi
merupakan proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi
dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat
tidak dapat larut dalam trigliserida cair.Bermacam-macam lemak berwujud cair
pada musim panas, sedangkan pada musim dingin akan kelihatan seperti susu yang
umumnya mengandung sejumlah tristearin.Gliserida bertitik cair tinggi
kadang-kadang mengandung sejumlah asam stearat dan dapat terpisah pada suhu
rendah (pendinginan) dan dikenal dengan nama stearin. Bagian yang membeku pada
suhu rendah (disebut stearin) dipisahkan melalui penyaringan (dilakukan dalam
chill room) sedangkan minyak yang tetap cair disebut winter oil.
9.
Inter-Esterifikasi
Interesterifikasi (penukaran ester
atau tran esterifikasi) menyangkut pertukaran gugus asil antar trigliserida.
Karena trigliserida mengandung 3 gugus ester per molekul, maka peluang untuk
pertukaran tersebut cukup banyak. Gugus asil dapat bertukar posisinya dalam
satu molekul trigliserida atau diantara molekul trigliserida.Proses
interesterifikasi dilakukan untuk pembuatan mentega putih, margarine dan
enrobing fat. Mentega putih yang dibuat dengan penambahan monogliserida sering
disebut super gliserinated shortening. Monogliserida ini bersifat aktif
dibagian permukaan minyak atau lemak dan dapat dipergunakan untuk
menyempurnakan dispersi lemak dalam adonan, sehingga menghasilkan bahan pangan
dengan rupa dan konsistensi yang lebih baik.
2.2 Tujuan dari Proses Pemurnian Minyak dan Lemak
Tujuan
utama pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak
enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum
digunakan sebagai bahan mentah dalam industri.
Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui 4 tahap yaitu
perlakuan pendahuluan, netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilang bau
(deodorisasi). Disamping itu kadang-kadang ditambah aroma dan zat warna
tertentu sehingga diperoleh minyak dengan rasa dan bau yang enak, dengan warna
yang menarik.
v Kotoran atau bahan asing dalam
minyak terdiri dari:
1. Kotoran yang tidak larut
dalam minyakdan terdispersi dalam minyak. Kotoran ini terdiri dari
partikel-partikel, jaringan, lender dan getah, serat-seratan yang berasal dari
kulit, abu atau mineral yang terdiri dari Fe, Cu, Mg, dan Ca serta air. Kotoran
ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara yaitu pengendapan, penyaringan dan
pemusingan.
2. Kotoran yang berbentuk
suspense dalam minyak. Kotoran ini terdiri dari fosfolipid karbohidrat, senyawa
yang mengadung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya.kotoran ini dapat
dihilangkan dengan uap panas, hidrolisa, disusul dengan proses pengendapan,
pemusingan atau penyaringan dengan menggunakan absorben.
3. Kotoran yang larut dalam
minyak. Kotoran ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon turunan
dari mono dan digliserida yang dihasilkan dari trigliserida, zat warna yang
terdiri dari karotenoid, khlorofil dan zat warna lainya yang yang dihasilkan
dari oksidasi dan dekomposisi minyak, terdiri dari keton dan aldehida, dan
resin, serta zat lainya yang belum teridentifikasi. Selain senyawa tersebut
beberapa minyak mengandung senyawa beracun, misalnya gossypol pada minyak biji
kapas, dan ester dari asam isothiosunat dan ethil alcohol pada mustard oil.
v Perlakuan pendahuluan bertujuan
untuk :
1.Menghilangkan kotoran dan
stabilitas minyak dengan mengurangi ion logam terutama Fe dan Cu.
2. Proses pemisahan gum
dilakukan terhadap minyak untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan lak
dari linseed oil.
3. Memudahkan proses pemurnian
selanjutnya, dan mengurangi minyak yang hilang selama pemurnian, terutama pada
proses netralisasi dengan kaustik soda.
BAB
III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1. Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi
kita terutama karena merupakan sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin
A,D, E dan K. Lemak dan minyak termasuk dalam
salah satu golongan lipid, yaitu lipid netral
2. Proses
pemurnian minyak dan lemak diantara nya ialah proses degumming, proses
netralisasi, proses bleaching, proses fraksionasi, proses hidrogenasi,proses
deodorisasi, proses rendering, proses winterisasi, proses interestirifikasi.
3. Tujuan utama pemurnian minyak adalah
untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik
dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum digunakan sebagai bahan mentah
dalam industri.
3.2 SARAN
Alhamdulillah,makalah ini selesai kami buat, kami sebagai penulis
berharap pembaca(teman-teman)dan kami (kelompok 2), dapat mengetahui, mengerti dan
memahami tentang proses pemunrian minyak dan lemak,Bagaimana proses-proses pemurniannya
dan apa tujuan dilakukannya pemurnian pada minyak dan lemak.terakhir kami mengakui
banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon kritik dan saran nya demi perbaikan
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
o
http://lordbroken.wordpress.com/2010/10/31/1159/pemurnian
minyak.
o
http://agroindustriindonesia.blogspot.com/2010/09/proses-pemurnian-minyak-sawit.html
mas boleh minta alamat emailnya saya mau nanya lebih jelas tentang minyak goreng..
BalasHapustrims
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Memberikan Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash,Eco Loundry,Paper Chemical,Textile Chemical,Degreaser & Floor Cleaner Plant,Kaporit tablet,cair & serbuk,Freon R 22 dll