Sabtu, 14 September 2013

Pagar Makan Tanaman - Sebuah Drama Persembahan Siswa/i XI IPA B SMAN 1 Bukit Batu Angkatan 2008


PAGAR MAKAN TANAMAN
Di sebuah istana megah, tampak di balai pengahadapan sultan beserta pendampingnya.
(sultan dengan menggambarkan kemuramannya)
Panglima malik        : ampun tuanku beribu ribu ampun…. Sembah patik harap diampun. Apakah   gerangannya hari ini tuanku bermuram durja…  tuanku…
Sultan                     : entahlah malik, bĂȘta tidak dapat mengatakannya
Panglima zaman      :ampun tuanku
                                    Pasang lukah rotannya patah
                                    Ambil lidi gunakan galah
                                    Jikalau salah maafkanlah
                                    Terbesit di hati katakanlah
                                    Ampun tuanku, manalah tahu jikalau semut memberi petunjuk
Sultan                     : zaman… zaman… sifatmu itulah beta senangi. Merendah diri lagi berbudi.
D. bendahara          :ampun tuanku…
                                  Mangga golek jual di pekan
                                   Patah galah jangan di simpan
                                   Sungguh molek apa yang dikatakan
                                   Jikalau salah tolong ucapkan
                                   Ampun tuanku
Sultan                     :kamu bertiga tidak ada salah sedikitpun dengan beta. Cuma…
D. bendahara         :ampun tuanku, tak apalah kalau tuanku tak dapat mengatakannya. Dayang… bagaimana kalau kau suruh penari penari serta penghibur istana datang menghadap
dayang  1 & 2        : menjunjung perintah datuk
( tari dan nyanyian)
Sultan                    : terima kasih semuanya karena telah mencoba menghilangkan kemurungan beta
Permaisuri              :kanda, lega sudah hati dinda, tapi bisakah kanda mengatakan apa yang membuat kanda murung
Sultan                    : dinda yang kanda pikirkan selama ini… siapa yang menjadi pewaris kanda…
Permaisuri             :kanda…  tidak ada yang perlu kanda risaukan… menantu kitalah yang akan menjadi pewaris itu, bukan begitu mak inang?
Mak inang            :setia dari hidup sampai mati kepada tuanku… sungguh benar yang dikatakan permaisuri itu, bagaikan kata pepatah “tak ada rotan akar pun jadi” asal bijaksana lagi berbudi menjunjung negeri.
Sultan                   : ya kalian benar, tapi siapakah yang pantas membawa amanah itu?
Mak inang            :ampun tuanku. Jikalau perkenan dan cocok panglima zamanlah yang cocok
M. rembulan         : benar mak inang, karena ananda dengan panglima zaman bagai pinang di belah 2. Apakah bunda setuju?
Permaisuri            :sungguh bijak kalian dalam memilihnya. Ya bunda setuju ananda
Sultan                   :baiklah, jikalau sudah molek ( suara keras). Dengarkan wahai yang ada dibalai ini, besok beta akan melaksanakan pertunangan putri sulung beta mayang delima dengan panglima zaman. Dinda, beta sangat berbahagia sekali dinda… baiklah beta hendak beristirahat kalian semua boleh bersurai, mari dinda…
Pengawal             :duli yang maha mulia meninggalkan balai penghadapan
Panglima malik     : tunggu saudaraku zaman… aku tumpang senang, karena saudaraku kelak menjadi sultan
Panglima zaman   : terima kasih saudaraku… jikalau terkabul keinginanku itu, aku bersumpah tidak akan melupakanmu
D. bendahara       : zaman, malik… sekian lama aku mengabdi di kerajaan ini, aku cukup berbangga dengan kalian
Panglima zaman   :terima kasih… terima kasih…aku tak dapat mengatakan lebih dari itu, baiklah kalau begitu aku undur diri dulu.
D. bendahara & Panglima malik  : silahkan…
Panglima malik     :zaman… kau tidak akan bisa menjadi sultan
D. bendahara       :benar… akan ku hancurkan segalanya demi menghancurkan keinginanmu
Panglima malik     :baiklah datuk bendahara… aku ada rencana (berbisik).
D. bendahara       :bagus… bagus… kalau begitu akan ku sampaikan pada mereka
Panglima malik     :ingat datuk bendahara “biar pecah di perut jangan pecah di mulut”. Pergilah…
Panglima malik     :bermimpilah kau zaman sesungguhnya keinginanmu itu tidak akan terwujud. Akulah yang akan menjadi sultan, dan barang siapa yang mendengar dan menyampaikan pada sultan, maka matinya akan datang dari malik ( keluar)

….. di istana.
Anak mbah            : pak, apo jenenge panggil kita pak….
Mbah                      : muh… aku ndu’ ….
Pengawal              : tunggu…. Apo yang kau lakukan disini?
Mbah                       : ini to penjaga… kulo kesini di panggil datuk bendahara.
Pengawal              : Ada perlu apa?
Mbah                      : piye to….kulo mau tanyak malah ditanyak. Boleh kue panggil datuk bendahara??
Pengawal              : jawab pertanyaan aku, atau kau….
D. bendahara        : tunggu pengawal, biarkan dia masuk…

……..
Mbah                    : apo jenenge datuk panggil saya…?
D. bendahara        : mbah maukah kau berjanji tidak mengatakan pada siapapun setelah aku mengatakannya?
Mbah                    : iya dato’.
Datuk                    : bagus…. Katakan kepada lanun pulau seberang bahwasannya datuk bendahara memerintahkan untuk mencuri Putri Sulung Mayang Delima besok ketika matahari sepenggalahan.
Mbah                     : apo datok…?? Lanun…?? Kulo orak brani datok… kulo takut dibunuh datok…
D.Bendahara          : seperti pikiranku… kalau begitu bagaimana dengan ini….(mencabut keris dan menarik anak mbah lalu meletakkan keris tersebut kelehernya)
Anak mbah             : bapak…tolong bapak…. Aku orak mau mati… aku belum kawen…!!!
Mbah                     : jangan…..jangan dato’… kulo akan pergi… pergi sekarang…
D.bendahara          : bagus…. Pergilah!!!
(mbah keluar diikuti Datuk Bendahara dari pintu berlawanan)

Keesokan harinya….
Pengawal            :duli yang maha mulia, baginda sultan memasuki balai penghadapan
(sultan,permaisuri,beserta 2 dayang masuk)
Semua                : daulat tuanku 3 x
Sultan                 :kalian semua silahkan duduk dinda… kemanakah gerangan putrid sulung mayang delima?
Permaisuri          :ampun kanda… dinda tidak mengetahuinya
M. rembulan      :ampun ayahanda… kanda ananda sedang bersiap dengan mak inang
Sultan                :biarkanlah… tapi di mana datuk bendahara?
Panglima malik   :ampun tuanku… dari tadi patik tidak melihatnya… tapi datuk bendahara memberikan amanah bahwa dia ada urusan penting di pulau seberang dan tidak dapat hadir dalam pertunangan ini. Maafkanlah dia tuanku
Sultan                :tidak apa apa… beta tidak ambil hati. Dayang… suruh para penghibur istana masuk
Dayang 1 & 2    :menjunjung perintah tuanku
Tarian dan nyanyian
Tiba tiba mak inang masuk dengan terjatuh jatuh beserta badannya yang penuh luka sambil memegang perutnya yang penuh luka sambil memegang perutnya yang penuh darah tanpa henti menuju ke bawah kaki di depan sultan.(suasana panik)

Sultan                 :mak inang… apa yang terjadi? Mengapa kau berlumuran darah? Katakan mak inang…
Mak inang          :ampun tuanku… bakti hamba hanya kepada tuanku… put... putri su… sulung mayang delima di bawa lari lanun pulau seberang tuanku…(mati)
Sultan                 :apa….???? Lanun pulau seberang? Panglima… bawa semua pengawal untuk mengejar para lanun itu. Cepat!
Ke 2 panglima beranjak bersama pengawalnya.
Permaisuri          :kanda… kanda… anak kita… kanda anak kita…
Sultan                 :sabar dinda. Beta percaya mereka pasti bisa membawa pulang anak kita. Mari dinda…
(Sultan dan semuanya keluar)

Di hutan………
Lanun                    :aku tak menyangka yang ku culik ini tunang panglima (ketawa)
Lanun                    :ayo cepat… apakah kau mau wajah cantikmu ini ku cacat kan? Cepat jalan!
D. delima               :lepaskan aku… apa mau kalian? Aku tak punya sedikitpun dosa dengan kalian… ku mohon lepaskan aku
Lanun                    :(tertawa) tak ku sangka putri sultan memohon pada kita. Nampaknya derajat kita sudah naik. Naik melebihi derajat seorang sultan
Lanun                    :wajahmu sungguh indah, tubuhmu sungguh menawan. Teman, aku punya usul. Hm… bagaimana kalau kita membuat panglima kecewa dengan tunangnya?
D. delima               :jahanam kau, sungguh busuk akalmu… apakah kau tak takut dosa?
Ke  3 lanun            :dosa… (tertawa)
Lanun                    :dengar putri yang cantik jelita biar kita berdosa asalkan kita dapat merasa (tertawa)
Lanun                    :kalau begitu biar aku duluan
Lanun                    :tidak… akulah yang pantas duluan
Lanun                    :tidak… bukan kalian, bukankah aku yang menculiknya?
(ke 3 lanun itu bertengkar sesamanya, tibalah ke 2 panglima itu)
Panglima zaman :hei kalian! Berani sungguh menculik putri sultan. Apa kalian tidak takut murkanya?
Lanun                    :oh… sang panglima telah datang. Aku kecewa dengan kalian berdua. Bukankah kita harus lakukan dulu, baru kita berebut. Tapi tak apalah, mari kita selesaikan panglima…
 Zaman menyerang dan terjadilah pertempuran. Tiba tiba muncul datuk bendahara dengan menyerang panglima zaman, dan ke 3 lanun tersebut lari dengan di kejar panglima malik beserta pengawalnya. Pertarungan antara datuk bendahara yang berkhianat pada sultan dan panglima zaman.
Di sela pertarungan itu,
Mbah                    :dato’… dato’… tolonglah dato’ tolonglah lepaskan anak kulo dato’
D. bendahara         : mbah… karena kau lambat dan lengah dalam melaksanakan apa yang aku perintahkan maka anakmu itu menjadi mangsaku, dan kau bisa minta dariku setelah aku membunuh zaman
Mbah                    :dato’ apa salah anak kulo dato’? anak kulo orak eneng salah dato’. Mengapa dato’ ingin membunuh dia dato’?
D. bendahara        :oo.. kau mau yang ini rupanya (datuk bendahara menikam mbah)
Panglima zaman    :sungguh kejam kau datuk bendahara… mengapa kau bunuh orang yang tak berdosa?
D. bendahara        : itu bukan urusanmu (menyerang)
Ketika panglima zaman terjatuh maka datuk bendahara dengan cepat menyerang dan berniat menikamnya. Tapi… panglima malik menikam dari belakang datuk bendahara.
D. bendahara       :apa yang kau lakukan malik?
Panglima malik     :yang aku lakukan adalah membunuh penderhaka
D. bendahara       :cuih..!!! Kau sebut aku penderhaka? Dengar zaman, saudaramu yang kau banggakan, dialah yang merancang rencana untuk mencuri putrid sulung
Panglima zaman   :malik, apakah itu benar?
Dengan cepat panglima malik menikam datuk bendahara yang sedang terbungkuk bungkuk hendak berdiri.
Panglima malik  :kau tahu orang tua? Inilah rasa nikmat yang kau rasakan jika membuka rahasiaku.
Panglima zaman :malik…
Panglima malik    :ya zaman… akulah penderhaka. Apakah kau sanggup membunuhku? Tidak mungkin zaman, tidak mungkin!
Panglima zaman   : malik… kau coba menderhaka sultan, kau akan dapat hukumannya, tapi sebelum kau menjatuhkan sultan, langkahi dulu mayatku(menyerang)
Pertarungan terjadi
Ketika terdapat selah menikam, malik dengan cepat menghunuskan kerisnya ke perut zaman tapi tiba tiba putri sulung mayang delima membentengi dengan tubuhnya pada zaman…
Mayang delima    :malik… aku bersumpah dengan rasa sakit ini, apabila kau masih hidup hingga esok maka hancurlah negeri melayu ini. Dan apabila kau tak berjumpa besok maka tentramlah negeri melayu untuk selama-lamanya.
(mencabut keris)
Panglima malik    : (tertawa) aku pegang kata katamu tapi… adakah orang yang bisa membunuhku? Siapa? Siapa yang bisa ? (tertawa)
Panglima zaman   :sungguh sombong kata katamu itu malik…
Mayang delima    :zaman… berjanjilah pada ku untuk terakhir kalinya, tegakkan tiang kebenaran, tak kan melayu hilang di bumi. Kau harus janji… kau harus janji… (mati)
Panglima zaman    : mayang delima! Tidak! Tidak! Tidak!
Panglima malik      :zaman zaman. Yang lemah akan mati dan yang kuat akan berkuasa… bukan kah begitu?
Panglima zaman    : kau telah membunuh mayang delima malik! Kau telah membunuh nyawa yang tak berdosa. Malik… darah di balas darah. nyawa dibalas nyawa.
Panglima zaman menyerang membabi buta, pertarungan hidup mati di ambang maut pun menyusul.
Panglima malik     :darah! Darahku! Tidak! Aku tidak akan mati zaman! Tidak begitu mudah!
Panglima zaman    : malik… keris ini memakan tuannya dan racunnnya telah menyubur ke seluruh tubuhmu,
Panglima malik     :aku tidak akan mati! Aku tidak akan mati ! ( mati)
Panglima zaman    :malik… aku tidak menyangka kalau saudaraku menjadi penderhaka sultan.
Zaman membawa mayat mayang delima dan kembali ke istana.
 Di istana
Pengawal            :ketibaan panglima zaman
Sultan                  : zaman! Mana putri beta?
Panglima zaman   : ampun tuanku, beribu ribu ampun. Hukumlah patik karena tidak dapat membela putri sulung mayang delima
Permaisuri           :zaman! (seraya mencabut keris sultan hendak menikam zaman)
Sultan                   :tunggu! Tak ada guna kita saling membunuh. Yang mati tetaplah mati yang hidup jalanilah.
M. rembulan        : bunda… mengapa nasib ananda begini ? (peluk)
Sultan                  : baiklah, atas berjasanya panglima zaman ke beta karena telah membunuh penderhaka dank arena meninggalnya tunangnya maka, beta jodohkan panglima zaman dengan mayang rembulan dan kelak akan mewarisi serta menjadi sultan di kerajaan melayu ini
Semuanya           : daulat tuanku! Daulat tuanku! Daulat tuanku!
Langsung masuk penyanyi dan penari tapi pemain tidak bergerak



Tidak ada komentar:

Posting Komentar