Senin, 16 September 2013

March 16, 2012

Mereka menari-nari di angkasa, menatap tajam kebawah, sesekali mengepak keras. Si betina dengan setia membuntuti si pejantan, laksana kereta api mini yang sedang menelusuri luasnya atmosfer bumi.
Namun si betina nampaknya kelelahan, sayapnya tak sanggup lagi mengepak. Sedang si pejantan sudah tak peduli lagi dengannya. Ia tertatih, sempoyongan, terhenti, lalu menukik tajam, menghujam gundukan bebatuan ditepian sungai di samping sekolahku. 
Menghujam jantungku! 
Menyadarkanku dari ingatan yang mencoba menghanyutkanku bersama derasnya riak sungai menuju ke tiga tahun yang lalu.

Betapa terkejutnya aku! 
Merpati hitam itu kini hadir lagi! 
terikat lagi! 
dan bermadu kasih lagi tepat dihadapan mataku! 
Kebingungan pun bertubi-tubi masuk menjalari aliran darahku. 
Aku kembali terdiam....

"Cyangh, ayo kita pulang!", jemarinya menggenggam hangat jemariku. 
Aku menoleh kearahnya. 
Wanita berambut ikal ini sedari tadi duduk disampingku, menemani diamku. 
Kali ini kuabaikan merpati hitam itu, kemudian kami beranjak pergi, meninggalkan mereka yang masih terikat, 
entah sampai kapan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar