Mereka menari-nari di angkasa, menatap tajam kebawah, sesekali
mengepak keras. Si betina dengan setia membuntuti si pejantan, laksana
kereta api mini yang sedang menelusuri luasnya atmosfer bumi.
Namun
si betina nampaknya kelelahan, sayapnya tak sanggup lagi mengepak.
Sedang si pejantan sudah tak peduli lagi dengannya. Ia tertatih,
sempoyongan, terhenti, lalu menukik tajam, menghujam gundukan bebatuan
ditepian sungai di samping sekolahku.
Menghujam jantungku!
Menyadarkanku dari ingatan yang mencoba menghanyutkanku bersama derasnya
riak sungai menuju ke tiga tahun yang lalu.
Betapa terkejutnya
aku!
Merpati hitam itu kini hadir lagi!
terikat lagi!
dan bermadu kasih
lagi tepat dihadapan mataku!
Kebingungan pun bertubi-tubi masuk
menjalari aliran darahku.
Aku kembali terdiam....
"Cyangh, ayo
kita pulang!", jemarinya menggenggam hangat jemariku.
Aku menoleh
kearahnya.
Wanita berambut ikal ini sedari tadi duduk disampingku,
menemani diamku.
Kali ini kuabaikan merpati hitam itu, kemudian kami
beranjak pergi, meninggalkan mereka yang masih terikat,
entah sampai
kapan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar