Wanita muda itu masih terbaring sendirian, mengerang kesakitan di
atas tempat tidur kayu di sudut kamar. Matanya memerah, berair,
menggenang; menutupi bola matanya yang hitam kecoklatan, kian lama kian
tak terbendung, kemudian tumpah ruah, menyatu dengan keringat yang tak
henti menembusi epidermisnya. Tangannya pun sedari tadi sibuk menahan
aku yang sedang memberontak ingin keluar.
Wanita muda itu...
kelelahan, tak kuasa menahan perih yang dialaminya. Nafasnya melambat,
matanya mulai terasa berat. Namun sesosok wanita yang tak dikenal,
dengan pakaian serba putih bercahaya, tiba-tiba berdiri dihadapannya.
Hanya diam, kemudian tersenyum, lalu....
Hening...
Pagi
itu, 23 Maret 1993, tangisku memecah keheningan, memperlebar senyum di
bibir wanita muda itu - ibuku, dan mengundang keheranan sang ayah yang
baru saja tiba dengan didampingi seorang bidan desa.
#Love you Mom :*
Pagi itu, 03 Maret 1993
BalasHapusBarakallah fii umrik...
BalasHapus